Yeremia 5:23

"Tetapi kamu ini tidak mau mendengarkan Aku, bahkan berkeras kepala. Mereka membuat hati mereka keras seperti batu, supaya jangan mendengar hukum dan nasihat yang disampaikan TUHAN semesta alam dengan Roh-Nya dengan perantaraan nabi-nabi yang dahulu."

Firman Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Yeremia dalam pasal 5, ayat 23, adalah sebuah peringatan keras namun penuh makna bagi umat Israel. Ayat ini menggambarkan situasi spiritual umat yang telah kehilangan kepekaan terhadap suara Tuhan. Mereka telah memilih untuk menutup telinga dan mengeraskan hati, menolak setiap teguran, hukum, dan nasihat yang diberikan oleh Tuhan melalui para nabi-Nya. Peringatan ini menjadi relevan sepanjang masa, mengingatkan kita akan bahaya dari ketidakpedulian spiritual dan pemberontakan hati.

Dalam konteks zaman Yeremia, bangsa Israel sedang menghadapi masa-masa penuh gejolak. Penyembahan berhala merajalela, ketidakadilan sosial semakin parah, dan kesetiaan mereka kepada perjanjian dengan Tuhan semakin terkikis. Tuhan terus menerus mengutus para nabi, termasuk Yeremia, untuk menyampaikan pesan pertobatan dan panggilan kembali kepada jalan yang benar. Namun, respon yang diterima seringkali adalah penolakan. Ayat ini secara gamblang menyatakan bahwa umat tersebut "tidak mau mendengarkan Aku, bahkan berkeras kepala." Ini bukan sekadar ketidakmauan pasif, melainkan sebuah tindakan aktif dari hati yang menolak kebenaran.

Deskripsi "membuat hati mereka keras seperti batu" memberikan gambaran visual yang kuat tentang kondisi spiritual mereka. Batu melambangkan ketidakfleksibelan, ketidakpekaan, dan ketidakmampuan untuk menerima sesuatu. Hati yang keras tidak dapat ditumbuhkan oleh firman Tuhan, tidak dapat diubahkan oleh kasih-Nya, dan tidak dapat dibentuk oleh tuntunan Roh Kudus. Mereka memilih untuk mengabaikan suara kebenaran, yang disampaikan "dengan Roh-Nya dengan perantaraan nabi-nabi yang dahulu." Pengabaian ini membawa konsekuensi yang berat, yaitu menjauh dari berkat dan perlindungan Tuhan, serta pada akhirnya menuju penghakiman.

Ayat ini bukan hanya catatan sejarah, melainkan sebuah cermin bagi kehidupan rohani kita saat ini. Seberapa sering kita, dalam kesibukan dunia atau dalam kenyamanan pribadi, memilih untuk tidak mendengarkan suara hati nurani yang dipimpin oleh Roh Kudus? Seberapa sering kita mengabaikan nasihat firman Tuhan yang menegur kesalahan atau mengarahkan kita pada jalan kebaikan? Keras hati dapat muncul dalam berbagai bentuk: kesombongan, ketidakpercayaan, apatisme, atau bahkan keasyikan yang berlebihan dengan hal-hal duniawi. Ketika hati kita menjadi keras seperti batu, kita kehilangan kemampuan untuk bertumbuh dalam iman, untuk mengasihi sesama dengan tulus, dan untuk merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita.

Oleh karena itu, firman Yeremia 5:23 seharusnya menjadi panggilan untuk memeriksa hati kita masing-masing. Marilah kita terus membuka telinga rohani kita lebar-lebar, bersedia untuk mendengarkan teguran dan tuntunan Tuhan. Biarlah hati kita senantiasa lembut dan peka terhadap suara-Nya, agar kita tidak kehilangan anugerah dan kasih karunia yang Dia sediakan. Kebenaran yang disampaikan Tuhan, meskipun terkadang sulit untuk diterima, selalu bertujuan untuk kebaikan dan keselamatan kita.