Yeremia 50:15

"Bersorak-sorailah di tengah-tengah Babel, hancurkanlah dia, biarlah ia menjadi seperti yang dilakukannya terhadap kita. Hancurkanlah penabur benihnya dan penyabitnya pada masa panen. Oleh karena takut akan pedang, masing-masing berbalik ke bangsanya dan masing-masing melarikan diri ke negerinya."
Peringatan Keras Babel, kota yang sombong, akan menerima balasan setimpal. Keadilan ilahi pasti tegak.

Kitab Yeremia adalah sebuah nabi yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan pesan-Nya kepada umat Israel pada masa-masa sulit. Salah satu nubuatan yang paling kuat dan menggugah terdapat dalam pasal 50, khususnya ayat ke-15. Ayat ini tidak hanya sekadar sebuah ramalan, tetapi juga sebuah deklarasi keadilan ilahi yang diarahkan kepada Babel, salah satu kekaisaran terbesar dan paling kuat pada masanya. Babel dikenal karena kesombongan, kekejaman, dan penindasan terhadap bangsa-bangsa lain, termasuk umat Allah.

Frasa "Bersorak-sorailah di tengah-tengah Babel, hancurkanlah dia" bukanlah seruan kegembiraan atas kehancuran, melainkan sebuah pengumuman tentang datangnya hukuman yang setimpal. Allah, melalui nabi-Nya, menyatakan bahwa penderitaan yang telah ditimpakan Babel kepada orang lain akan berbalik menimpa mereka sendiri. Ini adalah prinsip keadilan: "seperti yang dilakukannya terhadap kita." Allah menyaksikan setiap perbuatan, baik yang jahat maupun yang baik, dan pada waktu-Nya, keadilan akan ditegakkan.

Ayat ini menggambarkan kehancuran yang total. Penyebutan "penabur benihnya dan penyabitnya pada masa panen" menunjukkan bahwa tidak ada satu pun dari kekuatan atau infrastruktur Babel yang akan luput dari kehancuran. Penabur benih melambangkan permulaan, pertumbuhan, dan masa depan, sementara penyabit melambangkan hasil akhir dari kerja keras dan kelimpahan. Dengan menghancurkan keduanya, Allah menunjukkan bahwa Babel akan mengalami pembalikan total, di mana segala upaya dan hasil yang telah mereka kumpulkan akan lenyap.

Selanjutnya, ayat ini merinci reaksi alami dari penduduk Babel ketika menghadapi malapetaka: "Oleh karena takut akan pedang, masing-masing berbalik ke bangsanya dan masing-masing melarikan diri ke negerinya." Ketakutan menjadi pendorong utama. Pedang di sini melambangkan kekerasan, perang, dan ancaman kematian yang tak terhindarkan. Dalam kepanikan, mereka tidak lagi memiliki kesatuan atau kesetiaan pada imperium Babel yang megah. Mereka kembali mencari perlindungan di tempat asal mereka, meninggalkan segala ambisi dan kekuasaan yang pernah mereka miliki. Ini adalah gambaran umum dari runtuhnya sebuah kekuatan yang dibangun di atas penindasan.

Yeremia 50:15 memberikan pelajaran penting bagi kita. Pertama, ia menegaskan bahwa Allah tidak akan membiarkan kejahatan merajalela tanpa hukuman. Kesombongan dan penindasan, sekaya dan sekuat apa pun kelihatannya, pada akhirnya akan menghadapi keadilan ilahi. Kedua, ayat ini mengingatkan kita akan kerapuhan kekuasaan duniawi dan bahwa sumber perlindungan sejati bukanlah kekuatan militer atau kekayaan materi, melainkan Allah sendiri. Ketika badai kehancuran datang, setiap orang akan mencari tempat berlindung yang aman, dan bagi bangsa-bangsa yang menindas, perlindungan mereka akan runtuh bersama dengan kerajaan mereka. Pelajaran ini relevan di sepanjang zaman, mengingatkan kita untuk hidup dalam kebenaran dan keadilan.