Yeremia 6:21 - Peringatan untuk Bangsa yang Keras Kepala

"Oleh karena itu, beginilah firman TUHAN: Lihat, Aku akan menaruh batu sandungan di hadapan bangsa ini, dan keturunannya akan tersandung padanya; rumah-rumah dan segala hartanya akan binasa."
Simbol batu sandungan dan reruntuhan Batu Sandungan

Makna dan Relevansi Firman Tuhan

Ayat Yeremia 6:21 merupakan sebuah peringatan keras dari Tuhan melalui Nabi Yeremia kepada bangsa Israel. Dalam konteks sejarahnya, ayat ini datang di masa ketika bangsa Israel telah berulang kali berpaling dari Tuhan, menyembah berhala, dan hidup dalam ketidakadilan serta keserakahan. Mereka mengabaikan perintah-perintah Tuhan dan lebih mengutamakan kesenangan duniawi serta mengikuti jalan orang-orang kafir di sekitar mereka.

Tuhan, dengan kesabaran yang tak terhingga, telah berulang kali mengutus para nabi untuk memperingatkan mereka dan mengajak mereka kembali ke jalan yang benar. Namun, peringatan demi peringatan itu seringkali diabaikan atau bahkan ditolak mentah-mentah. Akibatnya, Tuhan sendiri menyatakan bahwa Ia akan menaruh "batu sandungan" di hadapan mereka. Batu sandungan ini bukanlah sesuatu yang datang dari luar tanpa sebab, melainkan konsekuensi dari pilihan-pilihan mereka sendiri.

Batu sandungan dalam konteks spiritual dan moral seringkali merujuk pada kesalahan, dosa, atau jalan yang salah yang pada akhirnya membawa kehancuran. Dalam firman ini, Tuhan tidak hanya mengancam dengan kejatuhan pribadi, tetapi juga kehancuran "rumah-rumah dan segala hartanya". Ini menunjukkan dampak yang luas dari ketidaktaatan, yang tidak hanya menimpa individu tetapi juga seluruh tatanan sosial dan ekonomi bangsa.

Pelajaran untuk Masa Kini

Meskipun ayat ini berasal dari konteks sejarah Israel kuno, pesannya tetap relevan untuk kita di zaman sekarang. Di tengah kemajuan teknologi dan berbagai kemudahan hidup, manusia modern pun masih rentan jatuh ke dalam perangkap yang sama: mengabaikan prinsip-prinsip moral dan spiritual demi keuntungan sesaat, popularitas, atau gaya hidup yang dangkal. Keras kepala dalam menolak kebenaran dan terus menerus memilih jalan yang salah pada akhirnya akan membawa konsekuensi.

Kita perlu merenungkan seberapa sering kita, secara pribadi maupun kolektif, telah mengabaikan suara hati nurani, ajaran moral yang luhur, atau bahkan firman Tuhan. Apakah kita telah membangun hidup kita di atas dasar yang kokoh, yang sesuai dengan kehendak-Nya, ataukah kita sedang menumpuk "batu sandungan" yang suatu saat akan membuat kita tersandung dan jatuh? Tuhan menginginkan kebaikan bagi umat-Nya, namun kebebasan yang diberikan-Nya juga menuntut tanggung jawab atas setiap pilihan yang kita buat.

Peringatan dalam Yeremia 6:21 menjadi pengingat bahwa tindakan memiliki konsekuensi. Kebijaksanaan sejati terletak pada kemampuan untuk mendengarkan peringatan, belajar dari kesalahan (baik kesalahan diri sendiri maupun sejarah), dan memilih untuk hidup sesuai dengan kebenaran dan keadilan. Dengan demikian, kita dapat menghindari "batu sandungan" dan membangun kehidupan yang kokoh, diberkati, dan berkenan di hadapan Tuhan.