"Engkau akan berkata kepada mereka: Inilah bangsa yang tidak taat kepada suara TUHAN, Allah mereka, dan yang tidak mau menerima didikan; kesetiaan telah hilang, sudah terputus dari mulut mereka."
Ayat Yeremia 7:28 menjadi sebuah refleksi mendalam mengenai hubungan umat Israel dengan Allah. Di tengah hiruk pikuk kehidupan mereka, seringkali mereka melupakan esensi dari perjanjian yang telah dibuat. Allah, melalui nabi Yeremia, menyampaikan sebuah peringatan keras. Bukan ancaman kosong, melainkan sebuah diagnosis atas kondisi spiritual bangsa yang telah menyimpang dari jalan kebenaran.
Kalimat "Inilah bangsa yang tidak taat kepada suara TUHAN, Allah mereka" merupakan inti dari teguran ini. Ketaatan bukan sekadar ritual atau kepatuhan lahiriah, melainkan sebuah penerimaan yang tulus terhadap firman dan kehendak Allah. Ketika ketidaktaatan menjadi pola hidup, maka segala bentuk persembahan atau pengabdian menjadi hampa. Allah mendambakan hati yang tunduk, bukan sekadar tangan yang sibuk.
Lebih lanjut, ayat ini menyoroti kegagalan dalam menerima "didikan". Didikan Allah datang dalam berbagai bentuk: melalui firman-Nya, teguran, dan bahkan melalui peristiwa kehidupan. Namun, bangsa ini menutup telinga dan hati mereka terhadap semua itu. Akibatnya, mereka terjebak dalam lingkaran kesalahan yang sama, tidak belajar dari masa lalu, dan terus menerus menjauh dari sumber kebaikan dan kasih karunia.
Puncak dari kondisi ini adalah hilangnya "kesetiaan". Kesetiaan dalam konteks ilahi berarti kesetiaan kepada Allah, komitmen untuk hidup sesuai dengan perintah-Nya, dan kepercayaan yang teguh pada janji-Nya. Ketika kesetiaan hilang, maka fondasi spiritual sebuah bangsa akan runtuh. Kepercayaan tergantikan oleh keraguan, komitmen oleh keacuhan, dan harapan oleh keputusasaan. Semua ini akhirnya terwujud dalam perkataan yang kosong, "terputus dari mulut mereka", menunjukkan betapa dalamnya krisis spiritual yang mereka alami.
Pesan Yeremia 7:28 tetap relevan hingga kini. Ia mengajak setiap individu dan komunitas untuk memeriksa hati dan tindakan mereka. Apakah kita benar-benar taat kepada suara Allah? Apakah kita terbuka untuk didikan-Nya? Dan apakah kesetiaan kita kepada-Nya masih teguh? Merenungkan ayat ini adalah panggilan untuk kembali kepada Allah, memperbaiki hubungan yang retak, dan memulihkan kesetiaan yang telah hilang, agar kita tidak menjadi seperti bangsa yang dinubuatkan oleh Yeremia.