"Terdengar riuh rendah orang banyak di gunung-gunung, seperti suara banyak orang; terdengar gemuruh dari kerajaan-kerajaan, dari bangsa-bangsa yang berkumpul! TUHAN semesta alam mengerahkan tentara untuk peperangan."
Ayat dari Kitab Yesaya pasal 13, ayat 4 ini merupakan sebuah pengumuman kenabian yang sarat makna. Frasa "terdengar riuh rendah orang banyak di gunung-gunung" dan "suara banyak orang" membangkitkan gambaran sebuah kerumunan besar, sebuah kekuatan militer yang sedang bergerak. Ini bukan hanya suara sekelompok kecil, melainkan gema dari banyak orang yang berkumpul, menandakan skala pergerakan yang masif.
Lebih jauh lagi, ayat ini menyebutkan "gemuruh dari kerajaan-kerajaan, dari bangsa-bangsa yang berkumpul". Ini menunjukkan bahwa yang berkumpul bukanlah sekadar pasukan dari satu negara, tetapi gabungan dari berbagai entitas politik dan militer. Ada sebuah koalisi, sebuah aliansi yang terbentuk untuk tujuan tertentu. Gambaran ini memberikan kesan kekuatan yang luar biasa, sebuah ancaman atau pergerakan yang sangat signifikan.
Namun, inti dari penglihatan kenabian ini terletak pada kalimat terakhir: "TUHAN semesta alam mengerahkan tentara untuk peperangan." Pernyataan ini mengubah seluruh persepsi. Di tengah hiruk pikuk dan persiapan militer yang dahsyat, yang tampaknya merupakan ulah manusia, Yesaya menyingkapkan bahwa dalang sebenarnya adalah Tuhan sendiri. Tuhan Semesta Alam, Sang Penguasa atas segala sesuatu, yang menggerakkan dan mengarahkan kekuatan-kekuatan ini. Ini bukan perang biasa, melainkan sebuah intervensi ilahi.
Kata kunci Yesaya 13:4 ini membuka pemahaman tentang kedaulatan Tuhan dalam sejarah. Meskipun seringkali manusia yang terlihat memainkan peran aktif, mengambil keputusan dan menggerakkan pasukan, kitab suci mengingatkan kita bahwa pada akhirnya, Tuhanlah yang memegang kendali. Dia dapat menggunakan bangsa-bangsa, kerajaan, dan bahkan kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Ini bisa menjadi peringatan bagi musuh-musuh Tuhan, atau sebagai janji bagi umat-Nya bahwa Tuhan akan bertindak dalam waktu-Nya.
Perlu dipahami bahwa konteks historis dari nubuat ini sering dikaitkan dengan kejatuhan Babel. Bangsa-bangsa yang berkumpul dan peperangan yang digambarkan bisa merujuk pada bangsa-bangsa yang akan bangkit melawan kekuasaan Babel. Namun, di luar penafsiran spesifik tentang peristiwa sejarah, pesan universal dari ayat ini adalah tentang kendali dan tujuan ilahi. Tuhan tidak tinggal diam melihat kekacauan dunia. Dia memiliki rencana, dan Dia memiliki cara untuk mengaturnya, terkadang melalui peristiwa-peristiwa yang tampak mengerikan dan mengintimidasi.
Penggunaan kata "mengerahkan" (atau "memobilisasi") menunjukkan tindakan yang disengaja dan terorganisir. Tuhan tidak hanya membiarkan kejadian terjadi, tetapi secara aktif menyusun kekuatan untuk mencapai tujuan-Nya. Ini bisa berarti penghakiman atas dosa, pemulihan keadilan, atau pencapaian janji-janji-Nya. Dengan demikian, Yesaya 13:4 mengingatkan kita untuk melihat melampaui permukaan kejadian dunia dan mengenali campur tangan Tuhan yang maha kuasa dalam setiap aspek kehidupan dan sejarah.