Ayat Yesaya 14:28 merupakan permulaan dari sebuah seruan kenabian yang disampaikan oleh Nabi Yesaya, yang menandai dimulainya sebuah penglihatan ilahi mengenai keruntuhan Asyur. Kalimat sederhana ini, "Pada tahun matinya raja Ahas, datanglah firman TUHAN ini:", bertindak sebagai penanda waktu dan konteks yang krusial. Kematian Raja Ahas dari Yehuda terjadi sekitar tahun 727 SM, periode yang sarat dengan ketegangan politik dan ancaman militer yang mengintai bangsa Israel dan Yehuda. Pada masa itu, Asyur telah menjadi kekuatan dominan di Timur Dekat, sebuah imperium yang ditakuti karena kebrutalannya dan ambisinya yang tak terbatas.
Dengan merujuk pada kematian seorang raja yang dianggap telah membawa Yehuda ke dalam kemerosotan moral dan politik, Firman TUHAN ini datang sebagai pengingat bahwa kekuasaan manusia, sekaya atau sekuat apapun, bersifat fana. Kematian seorang raja, yang seringkali dianggap sebagai simbol stabilitas dan kekuatan, justru menjadi momen ketika kebenaran ilahi diwahyukan. Ini menunjukkan bahwa di balik gejolak kekuasaan duniawi, ada otoritas yang lebih tinggi yang mengatur jalannya sejarah. Firman TUHAN yang datang pada saat itu bukanlah tentang kesedihan atas kehilangan seorang penguasa, melainkan tentang pesan ilahi yang lebih besar yang akan diungkapkan.
Konteks sejarah pada masa matinya Raja Ahas sangat penting untuk memahami kedalaman pesan ini. Ahas dikenal sebagai raja yang sangat buruk dalam catatan Alkitab, yang mengabaikan perintah Tuhan dan bahkan membawa praktik-praktik penyembahan berhala ke dalam Bait Allah. Dia bersekutu dengan Asyur untuk mendapatkan perlindungan, yang justru menempatkan Yehuda dalam cengkeraman yang semakin erat. Kematiannya menandai akhir dari sebuah era kepemimpinan yang membawa kehancuran spiritual. Di tengah kegelapan yang diciptakan oleh pemimpin yang menyimpang, Tuhan memilih untuk berbicara.
Ayat ini berfungsi sebagai pembukaan dramatis untuk nubuat yang akan mengikuti. Nubuat ini tidak hanya berbicara tentang penghakiman atas bangsa-bangsa asing, terutama Asyur, tetapi juga tentang pemulihan bagi umat Tuhan. Pesan yang datang "setelah" kematian seorang raja yang membawa malapetaka, menyiratkan harapan baru. Ini adalah pengingat abadi bahwa Tuhan selalu aktif dalam sejarah dunia, bahkan di saat-saat paling gelap. Kebijaksanaan ilahi bekerja melalui peristiwa-peristiwa duniawi, menggunakan kematian dan kelahiran, kekalahan dan kemenangan, untuk menggenapi rencana-Nya yang lebih besar. Melalui Firman-Nya, Tuhan memberikan pandangan ke depan, mengingatkan umat-Nya bahwa tidak ada kekuatan duniawi yang dapat menandingi kedaulatan-Nya, dan bahwa pada akhirnya, keadilan dan kebenaran-Nya akan selalu menang.