Yesaya 18:6 - Pesan untuk Bangsa-bangsa

"Mereka sekalian akan ditinggalkan untuk mangsa burung pemangsa di gunung-gunung dan untuk binatang liar di bumi; burung pemangsa akan hinggap pada musim panas, dan segala binatang liar bumi akan menghabiskan musim dingin di sana."
Keadilan Ilahi Menanti

Visualisasi pesannya keadilan ilahi

Ayat ini, yang terdapat dalam Kitab Yesaya pasal 18 ayat 6, menyajikan gambaran yang cukup kuat dan dramatis mengenai sebuah penghakiman ilahi yang akan menimpa bangsa-bangsa. Kata-kata dalam ayat ini bukanlah sekadar ancaman kosong, melainkan peringatan keras tentang konsekuensi dari penolakan terhadap kehendak Tuhan dan penindasan terhadap umat-Nya. Yesaya, sebagai nabi, sering kali diutus untuk menyampaikan pesan-pesan yang menyeluruh, mencakup peringatan bagi Israel sendiri, tetapi juga bagi bangsa-bangsa di sekelilingnya yang memengaruhi nasib umat Tuhan.

Dalam konteks yang lebih luas, Kitab Yesaya pasal 18 ini berbicara tentang sebuah bangsa yang kuat, kemungkinan besar merujuk pada Asyur atau Babel, yang digambarkan sebagai "bangsa yang daerah sungainya mengalir di seluruh negeri" dan memiliki kekuatan militer yang menakutkan. Bangsa ini sering kali menjadi alat Tuhan untuk menghukum umat-Nya yang memberontak, namun ironisnya, bangsa ini sendiri akan menghadapi penghakiman ketika kesombongan dan kekejamannya melampaui batas. Ayat 6 menjadi klimaks dari gambaran penghakiman ini.

Frasa "ditinggalkan untuk mangsa burung pemangsa di gunung-gunung dan untuk binatang liar di bumi" menunjukkan sebuah kehancuran total dan penelantaran. Ini bukan sekadar kekalahan militer biasa, melainkan sebuah pemusnahan yang menyisakan mayat-mayat tak terurus. Burung pemangsa dan binatang liar yang menjadi pemakan bangkai melambangkan kekacauan dan ketiadaan penghormatan terakhir bagi mereka yang telah jatuh. Musim panas dan musim dingin yang disebutkan menunjukkan bahwa kehancuran ini bersifat permanen dan tak terhindarkan, berlangsung sepanjang tahun, tanpa ada yang tersisa untuk mengurus atau menguburkan jenazah.

Pesan ini memiliki implikasi teologis yang mendalam. Pertama, ini menegaskan kedaulatan Allah atas semua bangsa di bumi. Tidak ada kekuasaan manusia yang dapat luput dari pandangan-Nya atau menantang-Nya tanpa konsekuensi. Kedua, ayat ini berbicara tentang keadilan ilahi. Meskipun Tuhan mengizinkan penindasan terjadi, ada saatnya Dia akan bertindak untuk memulihkan dan menghukum para penindas. Ketiga, ini adalah peringatan bagi setiap individu dan bangsa: ada harga yang harus dibayar untuk kesombongan, penindasan, dan penolakan terhadap kebenaran ilahi.

Dalam perspektif kekinian, kita bisa merenungkan makna pesan ini. Dalam dunia yang sering kali melihat ketidakadilan merajalela dan kekuasaan disalahgunakan, ayat Yesaya 18:6 mengingatkan kita bahwa ada sebuah tatanan moral yang lebih tinggi. Keadilan ilahi, meskipun mungkin tidak selalu terlihat seketika, pada akhirnya akan berlaku. Pesan ini mendorong kita untuk hidup dalam integritas, menjauhi kesombongan, dan menghormati martabat setiap manusia, menyadari bahwa setiap tindakan kita memiliki dampak dan akan diminta pertanggungjawabannya. Ini adalah panggilan untuk berhati-hati dan bijaksana dalam setiap langkah, karena pada akhirnya, ada kekuatan yang lebih besar yang mengawasi segala sesuatu.