Yesaya 23:17

"Dan setelah berlalunya tujuh puluh tahun, akan terjadi seperti yang dikatakan tentang perempuan sundal itu: Kota yang dilupakan orang, ambillah kecapi, beredar di sekeliling kota, mainkan lagumu berulang-ulang, supaya engkau diingat orang." (Terjemahan Baru)

Ayat ini, Yesaya 23:17, terambil dari perikop yang berbicara tentang nubuat terhadap Tirus, sebuah kota pelabuhan yang kaya dan berpengaruh di zaman kuno. Tirus dikenal karena kemakmurannya yang luar biasa, hasil dari perdagangan maritimnya yang luas. Namun, seperti banyak kota megah lainnya dalam sejarah, kemakmurannya sering kali dibarengi dengan keangkuhan dan keterikatan pada hal-hal duniawi, yang pada akhirnya menarik murka ilahi.

Dalam konteks Yesaya, nubuat ini menyampaikan tentang kehancuran Tirus dan periode penawanan atau keterlupakan selama 70 tahun. Angka 70 tahun ini sering muncul dalam Alkitab sebagai periode pemulihan atau hukuman ilahi, seperti dalam pembuangan ke Babel. Namun, yang menarik dari ayat 17 ini adalah gambaran tentang pemulihan dan pengingatan kembali Tirus setelah masa sulit tersebut.

Tirus Diingat 70 Tahun
Ilustrasi: Simbol pemulihan setelah 70 tahun

Perumpamaan dengan "perempuan sundal" yang diingat kembali setelah dilupakan adalah metafora yang kuat. Dalam konteks Tirus, ini bisa berarti bahwa setelah periode kehancuran dan keterpurukan, Tirus akan kembali bangkit dan menemukan kembali kejayaannya, meskipun mungkin dalam bentuk yang berbeda. Penggambaran "mengambil kecapi, beredar di sekeliling kota, mainkan lagumu berulang-ulang" menyiratkan bahwa Tirus akan kembali menjadi pusat perhatian, melalui aktivitas perdagangan, budaya, atau mungkin bahkan pengaruhnya yang lain.

Lebih dalam lagi, ayat ini bisa juga dipahami dalam makna spiritual. Keterpurukan sering kali merupakan kesempatan untuk refleksi mendalam dan pencarian kembali jati diri, atau dalam konteks iman, pencarian kembali hubungan dengan Tuhan. Masa "dilupakan" bisa menjadi masa pertaubatan dan pemurnian. Ketika masa itu berlalu, identitas yang baru dan lebih murni dapat terungkap kembali, dan membawa anugerah serta pengakuan yang baru.

Ketenaran dan kebajikan, meskipun sering kali terkait, memiliki makna yang berbeda. Ketenaran bisa datang dari pencapaian duniawi, sementara kebajikan adalah kualitas karakter yang mulia. Nubuat ini menunjukkan bahwa bahkan setelah masa-masa gelap, Tirus, yang dikenal dengan kekayaan dan mungkin juga pengaruhnya (yang bisa diasosiasikan dengan ketenaran), akan diingat kembali. Ini membuka ruang untuk spekulasi apakah pemulihan ini akan membawa kembali ketenaran duniawi semata, atau apakah ada potensi untuk kebajikan yang lebih mendalam yang akan membuatnya layak diingat oleh generasi mendatang.

Pada akhirnya, Yesaya 23:17 memberikan pesan harapan dan ketahanan. Ia mengingatkan kita bahwa masa-masa sulit tidaklah permanen. Seperti kota Tirus yang diperintahkan untuk memainkan kecapinya agar diingat, kita pun dipanggil untuk tetap berpegang pada identitas kita, baik secara personal maupun spiritual, dan membiarkan terang kita bersinar kembali setelah periode ujian. Kebangkitan dan pengingatan kembali ini bisa menjadi sumber kekuatan dan inspirasi baru, baik bagi individu maupun komunitas.