Yesaya 24:18

"Siapa yang melarikan diri dari bunyi kedahsyatan akan jatuh ke dalam lubang, dan siapa yang naik dari lubang akan tertangkap dalam perangkap. Pintu-pintu langit terbelalak, dan dasar bumi bergetar."

Makna Yesaya 24:18

Ayat Yesaya 24:18 melukiskan sebuah gambaran yang kuat tentang kekacauan dan kehancuran yang mendalam. Frasa "Siapa yang melarikan diri dari bunyi kedahsyatan akan jatuh ke dalam lubang, dan siapa yang naik dari lubang akan tertangkap dalam perangkap" menggambarkan sebuah situasi di mana tidak ada tempat yang aman. Upaya untuk melarikan diri dari satu bencana justru membawa seseorang kepada bencana yang lain, menunjukkan bahwa malapetaka yang digambarkan sangat komprehensif dan tak terhindarkan. Ini adalah gambaran tentang keadilan ilahi yang menimpa seluruh bumi, di mana segala bentuk pelarian akan sia-sia.

Selanjutnya, ayat ini menyatakan, "Pintu-pintu langit terbelalak, dan dasar bumi bergetar." Penggambaran ini menunjukkan keterbalikan tatanan alam semesta. Pintu-pintu langit yang biasanya tertutup bagi dunia luar, kini terbuka lebar, mungkin menandakan turunnya murka ilahi atau pemisahan total antara surga dan bumi dalam konteks penghakiman. Getaran yang mengguncang dasar bumi mempertegas skala bencana yang terjadi. Ini bukan hanya tentang kehancuran fisik, tetapi juga tentang terguncangnya fondasi segala sesuatu yang diketahui manusia.

Secara teologis, ayat ini sering diinterpretasikan sebagai gambaran tentang hari penghakiman atau malapetaka besar yang akan datang. Namun, penting untuk diingat bahwa kitab Yesaya juga kaya akan janji pemulihan. Setelah menggambarkan murka dan penghakiman, nabi Yesaya seringkali melanjutkan dengan visi harapan dan keselamatan bagi umat yang setia. Ayat-ayat setelahnya dalam Yesaya pasal 24 mengarah pada pemulihan bumi dan berkat bagi bangsa-bangsa.

Maka, Yesaya 24:18, meskipun terdengar mengerikan, dapat dilihat sebagai bagian dari narasi yang lebih besar tentang keadilan Allah, diikuti oleh penebusan. Ini adalah pengingat akan keseriusan dosa dan konsekuensinya, tetapi juga sebuah petunjuk bahwa di tengah-tengah kehancuran, rencana ilahi untuk pemulihan tetap berjalan. Para pembaca diundang untuk merenungkan keteguhan iman di saat-saat tergelap, serta keyakinan pada janji Allah untuk membawa pemulihan yang abadi.