Kitab Yesaya, salah satu kitab nabi terbesar dalam Perjanjian Lama, dipenuhi dengan ramalan, teguran, penghiburan, dan janji-janji ilahi. Dalam pasal 42, kita menemukan gambaran tentang Hamba Tuhan yang akan datang, yang membawa keadilan bagi segala bangsa. Ayat 20 ini menyoroti sebuah realitas menyedihkan yang dihadapi oleh umat Allah pada masa itu, dan juga menjadi sebuah peringatan yang relevan bagi kita di masa kini.
Ayat ini berbicara tentang kontradiksi yang mengerikan: melihat tetapi tidak menyimpan, telinga mendengar tetapi tidak memahami. Ini bukan sekadar deskripsi fisik, melainkan gambaran spiritual. "Engkau telah melihat banyak hal" dapat merujuk pada pengalaman-pengalaman yang Allah berikan, tanda-tanda keberadaan-Nya, atau bahkan ajaran-ajaran yang disampaikan. Namun, penglihatan ini tidak menghasilkan pemahaman yang mendalam atau tindakan yang sesuai. Sama halnya, "telinga terbuka, tetapi tidak mendengar" menunjukkan bahwa secara fisik mereka bisa mendengar, namun secara rohani mereka tuli terhadap kebenaran ilahi.
Kondisi ini adalah bukti ketidaktaatan dan ketidakpedulian. Umat Allah sering kali terbuai oleh dunia, mengabaikan panggilan Tuhan, dan menolak untuk merefleksikan kebenaran yang telah dinyatakan kepada mereka. Mereka melihat mukjizat tetapi tidak merasakan kuasa Tuhan; mereka mendengar firman tetapi tidak membiarkannya mengubah hati mereka. Ini adalah kegagalan untuk merespons kasih dan kebenaran Allah dengan iman dan ketaatan.
Ilustrasi: Penglihatan dan pendengaran yang terabaikan
Ayat ini berfungsi sebagai peringatan serius. Dalam kehidupan rohani, kita bisa saja berada dalam lingkungan yang kaya akan kebenaran firman Tuhan, tetapi jika hati kita tidak terbuka untuk menerimanya, kita sama saja dengan orang yang melihat tetapi tidak mengerti, mendengar tetapi tidak menginternalisasi. Dosa, kesombongan, atau keterikatan pada hal-hal duniawi dapat menutup mata dan telinga rohani kita.
Yesaya 42:20 mengingatkan kita akan pentingnya memiliki hati yang peka terhadap suara Tuhan. Kita perlu berdoa memohon hikmat dan pemahaman, agar setiap penglihatan dan pendengaran kita diubah menjadi iman yang teguh dan tindakan ketaatan. Penting untuk tidak hanya mengetahui kebenaran, tetapi juga membiarkannya membentuk kehidupan kita, mengarahkan langkah kita, dan memperbarui pikiran kita. Hamba Tuhan yang digambarkan dalam pasal ini seharusnya menjadi teladan, tetapi ayat ini menunjukkan sisi gelap dari ketidaktaatan yang perlu kita hindari.