"Engkau tidak membeli tebu dengan uang, dan dengan lemak korban sembelihanmu engkau tidak memuaskan kehausan-Ku, tetapi engkau memberikan Aku upacara puasa dengan dosa-dosamu, dan menyiksa Aku dengan kesalahan-kesalahanmu."
Ayat dari Kitab Yesaya 43:24 ini merupakan bagian dari narasi yang lebih besar tentang pemulihan dan pemeliharaan Allah bagi umat-Nya. Dalam konteksnya, Allah berbicara kepada umat Israel yang telah mengalami pembuangan dan penderitaan. Ayat ini menyoroti ketidakpuasan Allah terhadap persembahan lahiriah yang tidak disertai hati yang tulus.
Kata-kata "Engkau tidak membeli tebu dengan uang, dan dengan lemak korban sembelihanmu engkau tidak memuaskan kehausan-Ku" menunjukkan bahwa Allah tidak mencari kepuasan dari ritual keagamaan semata yang hanya dilakukan secara formalitas. Tebu, sebagai bahan bakar untuk dupa, dan lemak dari korban sembelihan, adalah elemen penting dalam ibadah Perjanjian Lama. Namun, ayat ini menegaskan bahwa semua itu menjadi sia-sia jika tidak disertai dengan ketulusan dan ketaatan hati.
Allah kemudian melanjutkan dengan menyatakan apa yang benar-benar menyakitkan hati-Nya: "tetapi engkau memberikan Aku upacara puasa dengan dosa-dosamu, dan menyiksa Aku dengan kesalahan-kesalahanmu." Ini adalah kritik tajam terhadap praktik keagamaan yang tidak bermoral. Umat Israel mungkin melakukan puasa dan ritual lain, tetapi jika mereka tetap tenggelam dalam dosa dan ketidakbenaran, ibadah tersebut justru menjadi beban dan siksaan bagi Allah. Puasa yang dilakukan dalam keadaan berdosa tidak akan mendatangkan perkenanan, melainkan justru menambah luka dalam hubungan dengan Pencipta.
Makna mendalam dari ayat ini adalah penekanan pada pentingnya motivasi dan sikap hati dalam beribadah. Allah tidak hanya melihat tindakan luar, tetapi juga apa yang ada di dalam hati. Ibadah yang sejati bukanlah sekadar penampilan luar atau pemenuhan kewajiban ritual, melainkan sebuah ungkapan dari hati yang beriman, bertobat, dan taat kepada kehendak-Nya. Dosa dan kesalahan yang terus-menerus dilakukan, meskipun diiringi dengan ritual keagamaan, akan menjauhkan seseorang dari Allah, bukan mendekatkan.
Oleh karena itu, ayat Yesaya 43:24 ini menjadi pengingat yang kuat bagi setiap orang yang mengaku beriman. Persembahan yang paling berkenan bagi Allah adalah hati yang hancur dan remuk karena dosa, serta kemauan untuk meninggalkan kesalahan demi hidup dalam kebenaran dan ketaatan. Hanya melalui pertobatan yang tulus dan hidup yang sesuai dengan firman-Nya, ibadah kita akan sungguh-sungguh memuaskan hati Allah dan mendatangkan berkat-Nya.