Yesaya 46:8 - Ingatlah Hal Ini dan Bertekunlah

"Ingatlah hal ini dan bertekunlah, hai kaum Yakub, orang-orang Israel yang Kausebut milik-Mu sendiri. Aku adalah TUHAN, Allahmu, yang telah menuntun engkau sejak dari tanah Mesir; Aku akan terus menuntunmu."

T U H A N

Simbol kesetiaan dan tuntunan ilahi

Pesan Penguatan dari Keabadian

Ayat Yesaya 46:8 adalah seruan yang kuat dan menyentuh hati bagi umat Tuhan. Dalam bahasa Indonesia yang sederhana, ayat ini menyampaikan pesan mendasar tentang pengingatan dan keteguhan iman. Firman ini mengingatkan kita, kaum Yakub dan orang-orang Israel, yang diidentifikasi sebagai milik-Mu sendiri, bahwa kita memiliki Allah yang setia. Kehadiran dan janji-Nya adalah jangkar bagi jiwa kita di tengah gelombang kehidupan.

Konteks sejarah di mana ayat ini diucapkan sangatlah penting. Bangsa Israel sering kali jatuh dalam penyembahan berhala, melupakan Allah yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Mereka cenderung mengandalkan kekuatan buatan manusia atau dewa-dewa yang tidak berdaya. Tuhan melalui nabi Yesaya mengingatkan mereka agar tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Pengingatan ini bukan sekadar nostalgia, melainkan dorongan untuk menghidupi kembali kesadaran akan kasih dan kuasa Allah yang terus bekerja dalam kehidupan mereka.

Kekuasaan dan Kesetiaan Ilahi

Frasa "Aku adalah TUHAN, Allahmu" adalah pengakuan identitas yang paling fundamental. Ini bukan sekadar pengenalan, melainkan penegasan otoritas dan kepemilikan. Tuhan mengklaim Israel sebagai umat-Nya, dan sebagai konsekuensinya, Ia akan memenuhi kewajiban-Nya sebagai Pelindung dan Penuntun mereka. Sejarah keluaran dari Mesir menjadi bukti nyata dari kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan. Perjalanan panjang di padang gurun, meskipun penuh tantangan, tetap berada di bawah pengawasan dan penyertaan-Nya.

Dalam kehidupan modern, kita mungkin tidak menghadapi konteks penyembahan berhala yang sama persis seperti bangsa Israel kuno. Namun, godaan untuk berpaling dari Allah, untuk mengandalkan harta benda, kekuasaan duniawi, atau bahkan kepintaran diri sendiri, tetaplah nyata. Ayat ini memanggil kita untuk menarik diri sejenak dari kesibukan dan keserakahan duniawi, lalu merenungkan kembali siapa Allah kita. Apakah kita benar-benar mengingat perbuatan-Nya yang luar biasa dalam hidup kita? Apakah kita mengakui bahwa Dia adalah sumber kekuatan dan keselamatan kita?

Bertekun dalam Harapan

"Bertekunlah" adalah panggilan untuk bertahan, untuk tidak menyerah, dan untuk tetap setia pada panggilan Allah. Ini berarti menjaga iman tetap hidup, bahkan ketika keadaan sulit. Mengingat bahwa Allah yang sama yang memimpin Israel keluar dari Mesir adalah Allah yang sama yang kini menuntun kita. Tuntunan-Nya bukanlah sesuatu yang hanya terjadi di masa lalu, melainkan sebuah proses yang berkelanjutan. Dia berjanji untuk terus menuntun kita, melalui berbagai musim kehidupan, sukacita maupun duka, keberhasilan maupun kegagalan.

Dalam dunia yang sering kali berubah dan tidak pasti, pengingatan akan kesetiaan Allah memberikan dasar yang kokoh untuk harapan kita. Kita diundang untuk menggenggam teguh firman-Nya dan menancapkan keyakinan kita pada karakter-Nya yang tidak pernah berubah. Yesaya 46:8 bukanlah sekadar ayat pasif, melainkan sebuah deklarasi dinamis tentang kuasa ilahi yang terus bekerja dan komitmen ilahi yang tidak pernah pudar. Marilah kita menerima pesan ini dengan hati yang terbuka, mengingat perbuatan ajaib-Nya, dan bertekun dalam iman, mengetahui bahwa Dia yang telah memulai pekerjaan baik dalam diri kita, akan menyelesaikannya.