"Demikianlah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: 'Aku telah menebus engkau, dan nama-Ku ialah TUHAN semesta alam.'"
Simbol YHWH (Tetragrammaton) dalam desain abstrak yang melambangkan kekuasaan dan kehadiran Ilahi.
Ayat Firman Tuhan dalam Yesaya 47:4 menyajikan sebuah pengakuan yang begitu fundamental tentang identitas dan tindakan Allah. Kalimat pembuka, "Demikianlah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel," segera menempatkan Sang Pembicara sebagai otoritas tertinggi atas segala sesuatu yang ada, sekaligus sebagai pribadi yang memiliki hubungan khusus dengan umat pilihan-Nya. Ini bukan sekadar pengumuman, melainkan sebuah deklarasi yang mengandung bobot kebenaran abadi.
Inti dari ayat ini terletak pada pernyataan "Aku telah menebus engkau". Kata "menebus" (ga'al dalam bahasa Ibrani) memiliki makna yang kaya. Ia tidak hanya merujuk pada pembebasan dari perbudakan atau penawanan, tetapi juga mencakup tindakan pengembalian hak, pemulihan hubungan, dan pemeliharaan melalui kekerabatan. Dalam konteks sejarah Israel, penebusan ini secara historis merujuk pada pembebasan mereka dari perbudakan di Mesir, yang merupakan fondasi identitas bangsa mereka. Namun, makna ini meluas melampaui peristiwa tunggal. Ia berbicara tentang kasih setia Allah yang tak pernah berhenti, kemauan-Nya untuk campur tangan dalam sejarah manusia untuk menyelamatkan dan memulihkan umat-Nya dari berbagai bentuk penindasan dan kegagalan.
Pernyataan selanjutnya, "dan nama-Ku ialah TUHAN semesta alam," mengukuhkan identitas ilahi yang melakukan penebusan tersebut. YHWH (TUHAN) adalah Nama Pribadi Allah, yang menunjukkan keberadaan-Nya yang kekal dan tak berubah. Penambahan gelar "semesta alam" (tsabaoth) menekankan kekuasaan-Nya yang tak terbatas atas seluruh ciptaan, baik kekuatan langit maupun bumi. Dengan demikian, Allah yang menebus Israel bukanlah dewa lokal atau kekuatan terbatas, melainkan Penguasa segala sesuatu. Ini memberikan jaminan bahwa penebusan yang Ia berikan adalah penebusan yang pasti, kokoh, dan bersumber dari otoritas yang tertinggi.
Dalam kitab Yesaya, pasal 47 ini sering diinterpretasikan sebagai nubuat tentang penghakiman ilahi atas Babel, sebuah kerajaan yang menjadi kekuatan dominan pada masanya, yang telah menindas dan memperbudak umat Allah. Babel digambarkan sebagai ratu yang angkuh, yang menikmati kekuasaan tanpa batas dan memperlakukan bangsa-bangsa lain dengan kejam. Namun, melalui perkataan ini, Allah menyatakan bahwa Ia akan menghukum Babel atas kekejamannya dan pemuasannya atas penderitaan umat-Nya.
Ironisnya, kerajaan yang begitu kuat dan merasa tak terkalahkan ini akan jatuh. Allah yang murka akan membalas perbuatan mereka. Penebusan yang disebutkan dalam ayat ini dapat dipahami dalam dua cara: pertama, sebagai tindakan penebusan Israel dari penindasan Babel. Kedua, sebagai penebusan hak ilahi-Nya sendiri, di mana nama-Nya yang kudus telah dinista oleh kesombongan dan kejahatan Babel. Allah bertindak untuk menegakkan keadilan dan memulihkan kehormatan-Nya.
Konteks Yesaya 47:4 ini mengajarkan kepada kita bahwa Allah bukan hanya Pencipta, tetapi juga Penebus dan Penguasa sejati. Ia peduli terhadap umat-Nya dan akan bertindak untuk melepaskan mereka dari penindasan. Kejatuhan Babel, yang dinubuatkan dalam pasal ini, menjadi bukti nyata bahwa tidak ada kekuatan duniawi yang dapat melawan kekuasaan dan keadilan Allah. Nama-Nya yang kudus, TUHAN semesta alam, adalah jaminan bagi umat-Nya dan peringatan bagi mereka yang menentang-Nya. Pemahaman mendalam terhadap ayat ini mengingatkan kita akan kesetiaan Allah dan kuasa-Nya yang abadi dalam sejarah.
Pelajari lebih lanjut tentang kebesaran dan kasih setia Allah.