Yesaya 51:18

"Tidak ada seorang pun yang menuntun dia, dari semua anak yang dilahirkannya, dan tidak ada seorang pun yang memegang tangannya, dari semua anak yang dibesarkannya."

Simbol tangan memegang tangan yang rapuh

Ayat ini, Yesaya 51:18, menggoreskan gambaran kesendirian yang mendalam. Dikatakan, "Tidak ada seorang pun yang menuntun dia, dari semua anak yang dilahirkannya, dan tidak ada seorang pun yang memegang tangannya, dari semua anak yang dibesarkannya." Kata-kata ini muncul dalam konteks nubuat yang berbicara tentang pemulihan dan penghiburan bagi umat Allah. Namun, pada momen ini, gambaran yang dihadirkan adalah kehancuran dan keterasingan yang mendalam.

Konsep "menuntun" dan "memegang tangan" melambangkan dukungan, kasih sayang, bimbingan, dan kehadiran yang menenangkan. Dalam budaya yang sangat mengutamakan hubungan keluarga dan komunitas, ketiadaan dukungan ini menunjukkan tingkat penderitaan yang luar biasa. Bayangkan seorang anak yang ditinggalkan tanpa pengasuh, atau seorang tua yang terabaikan tanpa perawatan. Ini adalah gambaran dari kesendirian total, di mana tidak ada satu pun sosok yang hadir untuk memberikan kenyamanan atau arahan di tengah kesulitan.

Dalam pembacaan yang lebih luas, ayat ini bisa diartikan sebagai gambaran umat Allah yang sedang mengalami pembuangan atau penindasan yang berat. Mereka merasa ditinggalkan, seolah-olah tidak ada lagi yang peduli atau yang mampu memberikan pertolongan. Dalam kesunyian dan penderitaan, mereka tidak menemukan tangan yang memegang erat, tidak ada suara yang menenangkan di telinga mereka. Ini adalah gambaran penyesalan mendalam, kesedihan yang mengiris, dan kekosongan yang terasa menyakitkan.

Namun, keindahan nubuat di Yesaya seringkali terletak pada kontras yang dihadirkan. Setelah menggambarkan kerapuhan dan kesendirian ini, pesan yang mengikuti adalah janji penghiburan dan pemulihan dari Tuhan sendiri. Meskipun "tidak ada seorang pun" yang menuntun, Tuhan berjanji untuk menjadi penuntun itu. Meskipun "tidak ada seorang pun" yang memegang tangan, Tuhan akan menjadi tangan yang menggenggam erat. Ini adalah pergeseran yang krusial dari keputusasaan menuju harapan.

Ayat Yesaya 51:18, meskipun terdengar suram, pada dasarnya mempersiapkan hati pembaca untuk menerima janji penghiburan yang lebih besar. Ia menunjukkan sejauh mana penderitaan yang dialami, sehingga ketika janji pemulihan datang, nilainya menjadi semakin berharga. Dalam kesendirian yang digambarkan, Tuhan hadir untuk mengisi kekosongan itu. Ketika tidak ada lagi kekuatan manusia yang bisa diandalkan, kekuatan ilahi justru akan dinyatakan.

Pesan ini relevan bagi setiap individu yang pernah merasa sendirian, terabaikan, atau tidak memiliki siapa pun untuk diandalkan. Dalam momen-momen tergelap hidup kita, ketika dunia terasa kosong dan tidak ada tangan yang menawarkan dukungan, ingatlah janji ini. Tuhan melihat setiap air mata, merasakan setiap kesedihan, dan Dia adalah sumber penghiburan sejati yang tidak pernah meninggalkannya.

Oleh karena itu, di tengah ketidakpastian hidup dan perasaan kesepian yang terkadang melanda, kita diingatkan bahwa ada Tuhan yang selalu siap untuk menjadi "seseorang" itu. Dia adalah Penuntun kita, Dia adalah Tangan yang memegang kita, bahkan ketika kita merasa paling rapuh dan sendirian. Kekuatan-Nya dinyatakan bukan dalam keberadaan orang banyak, tetapi dalam kehadiran-Nya yang setia bagi mereka yang membutuhkan-Nya.