Yohanes 7:48 - Kebenaran yang Tak Terbantahkan

"Adakah seorang dari pemimpin-pemimpin atau orang Farisi yang percaya kepada-Nya?"

Ayat Yohanes 7:48 ini muncul dalam sebuah percakapan yang penuh dengan ketegangan dan ketidakpercayaan. Yesus telah mengajar di Bait Allah, menyampaikan firman-Nya dengan kuasa dan otoritas yang luar biasa. Tindakan-Nya, kata-kata-Nya, dan mukjizat-mukjizat yang Ia lakukan seharusnya menjadi bukti yang tak terbantahkan akan keilahian-Nya. Namun, bagi sebagian besar orang, terutama para pemimpin agama pada masa itu, kebenaran itu ditolak mentah-mentah.

Pernyataan ini bukan sekadar pertanyaan retoris, melainkan sebuah refleksi dari keadaan spiritual yang mengkhawatirkan. Orang-orang Farisi dan para pemimpin agama lainnya, yang seharusnya menjadi penjaga kebenaran ilahi, justru menjadi benteng penolakan terhadap Sang Kebenaran itu sendiri. Mereka begitu terikat pada tradisi, peraturan, dan ego mereka sendiri sehingga mata rohani mereka tertutup. Mereka tidak mampu melihat Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan, bahkan ketika semua tanda menunjuk kepada-Nya.

Ini menimbulkan pertanyaan penting bagi kita hari ini. Seberapa sering kita, dalam kesibukan hidup modern, menutup diri terhadap kebenaran rohani? Seberapa sering kita membiarkan prasangka, keinginan duniawi, atau pendapat umum menghalangi kita untuk melihat kebenaran yang diajarkan oleh firman Tuhan? Ayat ini menjadi pengingat yang kuat bahwa iman bukan hanya soal intelektualitas, tetapi juga soal kerelaan hati untuk menerima dan berserah kepada kebenaran, sekecil apa pun ia tampak bagi dunia.

Para pemimpin pada zaman Yesus seringkali lebih mengutamakan kekuasaan dan penerimaan sosial daripada mencari kebenaran sejati. Ketakutan akan kehilangan status, pengaruh, atau bahkan penolakan dari komunitas mereka membuat mereka enggan untuk mengakui Yesus. Mereka khawatir bahwa dengan mempercayai Yesus, mereka akan dicap sebagai pengikut orang yang dianggap sesat. Ini adalah contoh klasik bagaimana rasa takut dan keinginan untuk diterima oleh manusia dapat mengalahkan keinginan untuk mencari dan memegang kebenaran ilahi.

Yohanes 7:48 secara implisit juga menyoroti keberanian segelintir orang yang diam-diam percaya atau bahkan secara terbuka membela Yesus, meskipun jumlahnya sedikit. Ayat ini mengingatkan kita bahwa di tengah penolakan luas, selalu ada harapan bagi mereka yang hatinya terbuka untuk firman. Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya yang mencari kebenaran dengan tulus. Tantangan bagi kita adalah untuk menjadi salah satu dari mereka yang berani melangkah maju, bahkan ketika arus umum menolak.

Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini terus bergema sepanjang sejarah Kekristenan. Berapa banyak orang sepanjang masa yang telah menghadapi situasi serupa, di mana kebenaran yang jelas ditolak oleh mereka yang berkuasa atau oleh mayoritas? Yohanes 7:48 mengajak kita untuk merenungkan sikap kita sendiri terhadap kebenaran. Apakah kita seperti orang Farisi yang menolak karena alasan egois dan terikat tradisi, ataukah kita seperti murid-murid yang dengan tulus mencari dan mengikuti kebenaran, apa pun risikonya?

Marilah kita menggunakan ayat ini sebagai panggilan untuk memeriksa hati kita, untuk membuang segala bentuk keangkuhan rohani, dan untuk dengan rendah hati mencari dan menerima kebenaran yang ditawarkan oleh Tuhan, terutama melalui Yesus Kristus. Kebenaran-Nya adalah sumber kehidupan dan kebebasan sejati, yang tidak akan pernah dapat dibungkam oleh penolakan atau ketidakpercayaan siapapun.

YESUS