"Adapun Yosua sudah menjadi tua, dan umurnya sudah lanjut. Maka TUHAN berfirman kepadanya: 'Engkau sudah tua dan sudah lanjut umurmu, tetapi masih banyak tanah yang harus kaududuki.'"
Simbol peta yang melambangkan wilayah yang belum terbagi.
Kitab Yosua, pasal 13, ayat 1, merupakan titik balik yang signifikan dalam narasi sejarah bangsa Israel. Ayat ini tidak hanya menandai usia lanjutnya pemimpin besar, Yosua, tetapi juga menandai dimulainya fase baru dalam penggenapan janji Allah kepada Abraham. Setelah bertahun-tahun berjuang, menaklukkan, dan membagi tanah Kanaan, masih ada sebagian besar wilayah yang belum terkuasai. Ayat ini mengingatkan kita bahwa tugas yang diberikan oleh Tuhan terkadang melampaui usia dan kemampuan fisik kita, namun juga menunjukkan kesetiaan-Nya untuk terus menuntun umat-Nya hingga tuntas.
Fakta bahwa Yosua, yang telah memimpin umat Israel melewati Sungai Yordan, menaklukkan kota-kota besar seperti Yerikho dan Ai, serta mengalahkan berbagai bangsa di Kanaan, kini dihadapkan pada tugas yang tersisa, memberikan perspektif yang mendalam. Ini bukanlah kegagalan, melainkan sebuah realitas bahwa penggenapan janji ilahi seringkali merupakan proses yang panjang dan bertahap. Tuhan tidak terburu-buru; Dia menguji kesabaran, iman, dan ketaatan umat-Nya. Pesan ini relevan bagi kita hingga kini. Seringkali, dalam perjalanan iman kita, kita mungkin merasa telah mencapai banyak hal, namun masih ada "tanah" yang belum kita duduki, area kehidupan yang belum sepenuhnya dikuasai oleh kehendak Tuhan. Ini bisa berupa kebiasaan buruk yang masih melekat, ketakutan yang menghambat, atau panggilan yang belum sepenuhnya kita jawab.
Firman Tuhan yang disampaikan kepada Yosua di usia senjanya, "Engkau sudah tua dan sudah lanjut umurmu, tetapi masih banyak tanah yang harus kaududuki," adalah pengingat yang kuat akan tujuan akhir dan tugas yang belum selesai. Ini juga merupakan panggilan untuk terus bergerak maju, untuk tidak berpuas diri dengan pencapaian yang sudah ada. Tuhan sendiri yang menegaskan bahwa ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Ini mengajarkan kita bahwa tugas kekristenan bukanlah sekadar keselamatan pribadi, tetapi juga partisipasi aktif dalam pekerjaan-Nya di dunia. Entah itu melalui pelayanan di gereja, kesaksian di tempat kerja, atau tindakan kasih kepada sesama, setiap orang percaya dipanggil untuk berkontribusi dalam menggenapi rencana-Nya.
Tantangan dalam menguasai sisa tanah Kanaan bukanlah tugas yang ringan. Bangsa-bangsa yang tersisa seringkali memiliki kekuatan militer dan posisi geografis yang strategis. Ini memerlukan strategi yang cerdas, keberanian yang teguh, dan tentu saja, penyertaan Tuhan yang berkelanjutan. Yosua dan para pemimpin Israel harus mengandalkan hikmat ilahi dalam pembagian tanah dan pengerahan tenaga untuk menguasainya. Ayat ini mengajarkan kita bahwa ketika kita dihadapkan pada tugas-tugas besar yang terasa melebihi kapasitas kita, kita harus bersandar sepenuhnya kepada Tuhan. Dia adalah sumber kekuatan dan hikmat kita. Dia yang memulai pekerjaan baik di dalam diri kita, pasti akan menyelesaikannya (Filipi 1:6). Yosua 13:1 menjadi bukti bahwa kesetiaan Tuhan tidak pernah goyah, bahkan ketika kita merasa lelah atau tugas terasa begitu berat.
Oleh karena itu, mari kita renungkan pesan Yosua 13:1 dalam kehidupan kita. Apakah ada "tanah" dalam hidup kita yang masih perlu kita serahkan kepada Tuhan? Apakah kita masih memiliki semangat untuk menyelesaikan panggilan-Nya dengan setia, meskipun usia atau kesulitan menghalangi? Ingatlah bahwa Tuhan yang memanggil, Dia yang memberi kekuatan. Dengan iman dan ketaatan, kita dapat terus bergerak maju, menguasai "tanah" yang telah dijanjikan-Nya, dan menjadi bagian dari penggenapan rencana-Nya yang besar.