Yosua 22:4

"Sekarang, pulanglah kamu kepada keluargamu, kepada tanah warisanmu, yang diberikan kepadamu oleh hamba TUHAN, Musa, di seberang sungai Yordan."

Perjalanan & Tanah Perjanjian Titik Awal Perjalanan Tanah Perjanjian

Ilustrasi: Rute kepulangan suku Israel

Memelihara Amanat dan Kembali ke Akar

Ayat Yosua 22:4 merupakan penutup dari sebuah perkataan yang disampaikan oleh Yosua kepada dua setengah suku Israel. Suku-suku ini adalah Ruben, Gad, dan Manasye bagian timur Yordan. Selama masa penaklukan tanah Kanaan yang dipimpin oleh Yosua, suku-suku ini telah memberikan kontribusi besar. Mereka bergabung dengan saudara-saudaranya di sisi barat Yordan untuk berperang, dan meninggalkan keluarga serta harta benda mereka. Pengorbanan mereka patut diacungi jempol, mengingat bahwa tanah mereka sudah dianugerahkan kepada mereka di seberang sungai Yordan oleh Musa sebelum bangsa Israel menyeberang.

Setelah misi penaklukan selesai dan tanah Kanaan berhasil dikuasai, Yosua memberikan izin dan bahkan dorongan bagi suku-suku ini untuk kembali ke tanah warisan mereka. Kata-kata Yosua, "Sekarang, pulanglah kamu kepada keluargamu, kepada tanah warisanmu, yang diberikan kepadamu oleh hamba TUHAN, Musa, di seberang sungai Yordan," menunjukkan sebuah pelepasan tanggung jawab yang telah ditunaikan dengan baik. Ini bukan sekadar pengusiran, melainkan sebuah pengakuan atas kesetiaan dan pelayanan mereka.

Perkataan ini juga memiliki makna spiritual yang mendalam. Musa, sebagai hamba Tuhan yang dipercayai, telah memimpin dan menata perjalanan bangsa Israel. Pemberian tanah warisan di seberang Yordan adalah bagian dari janji dan rencana Tuhan yang diatur melalui Musa. Yosua menegaskan kembali otoritas janji tersebut, mengingatkan bahwa tanah itu adalah pemberian dari Tuhan sendiri. Ini mengajarkan pentingnya mengingat sumber berkat dan anugerah kita, serta orang-orang yang menjadi perantara dalam penyampaiannya.

Dalam konteks yang lebih luas, Yosua 22:4 dapat kita renungkan sebagai pengingat untuk senantiasa memelihara amanat dan tugas yang telah Tuhan percayakan kepada kita. Seperti suku-suku tersebut yang telah berperang bersama hingga akhir, kita pun dipanggil untuk setia dalam pelayanan, baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun gereja. Ketika tugas itu telah selesai, kita diperbolehkan untuk kembali menikmati berkat dan menikmati waktu bersama keluarga, di tempat di mana Tuhan telah menempatkan kita.

Lebih jauh lagi, ayat ini mengajak kita untuk tidak melupakan akar kita, baik secara fisik maupun spiritual. Tanah warisan yang diberikan oleh Musa melambangkan tempat asal dan identitas kita. Dalam kehidupan rohani, ini bisa diartikan sebagai fondasi iman kita yang dibangun atas dasar ajaran Kristus dan para rasul. Penting untuk tetap terhubung dengan sumber anugerah kita, yaitu Tuhan Yesus Kristus, dan tidak tersesat dalam perjalanan hidup ini. Dengan mengingat janji Tuhan dan setia pada amanat-Nya, kita akan menemukan kedamaian dan kepuasan dalam tanah warisan spiritual kita.