Yosua 5:4 - Sunat Bangsa Israel

"Dan inilah sebabnya orang-orang yang keluar itu disunat: semua orang laki-laki yang keluar dari Mesir yang berumur dua puluh tahun ke atas, semuanya yang mampu berperang, telah disunat. Tetapi mereka yang lahir di padang gurun dalam perjalanan sesudah keluar dari Mesir, belum disunat."

Ayat Yosua 5:4 memberikan sebuah gambaran penting mengenai kondisi rohani dan identitas umat Israel pada saat mereka bersiap memasuki tanah perjanjian. Perintah untuk menyunat kembali bangsa Israel di Gilgal bukanlah sekadar tindakan medis, melainkan sebuah penegasan ulang identitas mereka sebagai umat yang dikhususkan bagi Allah. Setelah empat puluh tahun mengembara di padang gurun, generasi yang keluar dari Mesir telah banyak yang meninggal, dan generasi baru telah lahir. Generasi baru ini, yang tumbuh tanpa mengalami pengalaman langsung keluar dari perbudakan Mesir dan juga tanpa sunat, perlu diperkenalkan kembali pada perjanjian Allah.

Sunat adalah tanda perjanjian antara Allah dan Abraham beserta keturunannya (Kejadian 17:10-14). Ini adalah tanda fisik yang membedakan umat Israel dari bangsa-bangsa lain. Selama empat puluh tahun di padang gurun, mereka tidak melakukan sunat. Ada banyak spekulasi mengenai alasan pastinya, namun penekanan dalam ayat ini adalah bahwa anak-anak yang lahir di padang gurun belum disunat. Ketika Yosua memimpin mereka memasuki Tanah Perjanjian, Allah memberikan perintah baru: semua laki-laki yang berumur dua puluh tahun ke atas yang mampu berperang harus disunat. Ini menunjukkan bahwa memasuki tanah perjanjian memerlukan kesiapan rohani dan penegasan kembali identitas perjanjian mereka.

Tindakan sunat ini tentu menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan, bahkan risiko. Namun, bangsa Israel patuh. Kepatuhan ini melambangkan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah dan penerimaan kembali identitas mereka sebagai umat perjanjian. Ini juga merupakan tanda pembersihan, membuang "cela" dari Mesir atau dari pengalaman pengembaraan mereka yang tanpa perjanjian. Dengan disunat, mereka siap untuk menjalankan perintah-perintah Allah di tanah yang baru.

Lebih dari sekadar ritual, sunat dalam konteks ini berbicara tentang permulaan yang baru dan pembersihan rohani. Ini adalah simbol kesiapan untuk menghadapi tantangan di depan, yaitu penaklukan Kanaan. Tanpa penegasan identitas dan perjanjian ini, mereka mungkin akan mudah bercampur baur dengan bangsa-bangsa Kanaan yang memiliki kepercayaan dan praktik yang berbeda. Sunat menjadi penanda kesucian dan pemisahan mereka bagi Allah. Yosua 5:4 mengajarkan kita bahwa terkadang, untuk melangkah ke babak baru dalam hidup atau dalam pelayanan kepada Tuhan, kita perlu kembali kepada dasar-dasar iman, menegaskan kembali komitmen kita, dan membersihkan diri dari hal-hal yang menghalangi kita untuk sepenuhnya hidup dalam kehendak-Nya. Ini adalah pengingat bahwa identitas kita sebagai umat Tuhan harus selalu diperbarui dan ditegaskan, terutama saat kita menghadapi tantangan dan peluang baru yang diberikan-Nya.