Yosua 9:24 - Janji yang Terpenuhi

"Jawab mereka kepada Yosua: "Sesungguhnya kami telah diberitahu oleh hamba-hambamu bahwa TUHAN, Allahmu, telah memerintahkan Musa, hamba-Nya, untuk memberikan seluruh negeri ini kepadamu dan memusnahkan semua penduduknya dari hadapanmu." Oleh karena itu, kami sangat takut kehilangan nyawa kami karena kamu; dan inilah yang kami lakukan."

Yosua 9:24 Perjanjian yang Terjalin

Ayat Yosua 9:24 menceritakan sebuah momen penting dalam sejarah bangsa Israel saat mereka memasuki Tanah Perjanjian. Kisah ini melibatkan kaum Gibeon, sebuah kota yang tidak termasuk dalam daftar bangsa-bangsa yang harus ditaklukkan sesuai perintah Allah. Ketika mereka mendengar tentang keberhasilan besar bangsa Israel dalam mengalahkan raja-raja Amori di seberang Sungai Yordan, para pemimpin Gibeon memutuskan untuk menggunakan tipu daya agar mereka tidak dihancurkan.

Mereka berpura-pura datang dari negeri yang jauh, dengan membawa bekal yang sudah basi dan pakaian yang lusuh, serta kantong-kantong kulit yang sudah tua dan robek. Tujuannya adalah agar bangsa Israel percaya bahwa mereka telah melakukan perjalanan yang panjang dan tidak memiliki kaitan dengan penduduk Kanaan yang asli. Sesampainya di hadapan Yosua dan para pemimpin Israel di Gilgal, mereka menyampaikan cerita bohong mereka, berharap dapat membuat perjanjian damai.

Bangsa Israel, pada saat itu, tidak menanyai TUHAN mengenai kaum Gibeon. Mereka memeriksa bekal dan melihat pakaian mereka, lalu tanpa melakukan konfirmasi ilahi, mereka membuat perjanjian damai dengan orang Gibeon dan berjanji untuk tidak menyerang mereka. Perjanjian ini dibuat pada hari ketiga setelah pertemuan itu. Namun, setelah tiga hari, barulah bangsa Israel mengetahui bahwa mereka telah ditipu dan bahwa kaum Gibeon sebenarnya tinggal di dekat mereka, di tengah-tengah tanah Kanaan.

Ketika kebenaran terungkap, umat Israel mengeluh kepada para pemimpin mereka karena telah membuat perjanjian dengan penduduk asing. Namun, para pemimpin Israel mengingatkan mereka tentang sumpah yang telah mereka buat di hadapan TUHAN, Allah Israel. Dalam hukum Taurat, ada perintah untuk tidak boleh membunuh orang yang membuat perjanjian damai. Meskipun marah, para pemimpin Israel memutuskan untuk menghormati perjanjian yang telah dibuat, tetapi mereka tidak serta merta melepaskan kaum Gibeon begitu saja.

Inilah titik di mana Yosua 9:24 memberikan konfirmasi dari pihak kaum Gibeon sendiri. Mereka mengakui bahwa ketakutan mereka yang luar biasa terhadap bangsa Israel dan perintah Allah yang mereka dengar melalui Musa, telah mendorong mereka untuk mengambil tindakan tersebut. Mereka berkata, "Sesungguhnya kami telah diberitahu oleh hamba-hambamu bahwa TUHAN, Allahmu, telah memerintahkan Musa, hamba-Nya, untuk memberikan seluruh negeri ini kepadamu dan memusnahkan semua penduduknya dari hadapanmu." Pengakuan ini menunjukkan bahwa mereka menyadari kekuatan dan otoritas Allah Israel. Mereka memahami bahwa kehancuran adalah nasib yang menanti mereka jika mereka tidak bertindak.

Oleh karena itu, tindakan mereka yang menggunakan tipu daya adalah respons dari rasa takut mereka yang mendalam akan nasib yang sama seperti bangsa-bangsa Kanaan lainnya. Mereka memilih untuk hidup, meskipun harus hidup di bawah ancaman dan sebagai budak, daripada binasa. Umat Israel akhirnya memutuskan untuk tidak memusnahkan mereka, tetapi menjadikan mereka sebagai tukang belah kayu dan tukang timba air untuk jemaat dan mezbah TUHAN. Ini adalah cara Israel untuk memenuhi perjanjian mereka sambil tetap menjalankan perintah Allah untuk tidak membunuh mereka.

Kisah Yosua 9:24 mengajarkan beberapa hal penting. Pertama, pentingnya kebijaksanaan dan konfirmasi ilahi sebelum membuat keputusan besar, seperti yang disesali oleh bangsa Israel. Kedua, tentang konsekuensi dari tindakan kita, baik yang benar maupun yang didasarkan pada ketakutan dan tipu daya. Ketiga, tentang bagaimana Allah dapat menggunakan situasi yang kompleks, bahkan yang dimulai dengan kebohongan, untuk tetap melaksanakan rencana-Nya dan menunjukkan belas kasihan-Nya dengan cara yang unik. Kaum Gibeon akhirnya menjadi bagian dari sejarah Israel, dan keturunan mereka melayani di Bait Allah, sebuah peran yang akan berlanjut hingga masa-masa berikutnya, bahkan hingga saat Yesus Kristus datang.