Yudas 1:10 - Memahami Ajaran Palsu

"Akan tetapi orang-orang ini mencela segala sesuatu yang tidak mereka pahami, dan karena tabiat mereka yang rusak, mereka binasa dalam kehancuran mereka sendiri seperti binatang yang tidak dapat berpikir."

A B

Ilustrasi: Simbol kesalahpahaman dan ajaran yang merusak.

Kitab Yudas, meskipun singkat, menyimpan peringatan yang mendalam dan relevan bagi umat percaya di segala zaman. Ayat 10 secara khusus menyoroti bahaya ajaran palsu dan bagaimana para pengikutnya seringkali bertindak. Yudas menggambarkannya sebagai individu yang mencela apa yang tidak mereka pahami. Ini adalah ciri khas dari ketidakpahaman yang mendalam, sebuah penolakan terhadap kebenaran yang mungkin belum sepenuhnya mereka proses atau terima. Keengganan untuk mencari pemahaman, ditambah dengan kesombongan intelektual, dapat menyebabkan penolakan yang keras kepala terhadap kebenaran ilahi.

Lebih lanjut, Yudas mengaitkan perilaku mencela ini dengan "tabiat yang rusak." Ini bukan sekadar perbedaan pendapat teologis, melainkan masalah karakter yang lebih dalam. Ajaran palsu sering kali berkembang dari motivasi yang tidak murni, seperti ambisi pribadi, keinginan untuk memanipulasi, atau penyimpangan moral. Ketika pondasi karakter seseorang rusak, cara pandangnya terhadap kebenaran akan terdistorsi. Mereka tidak lagi mencari kebenaran demi kebenaran itu sendiri, melainkan menyesuaikannya agar sesuai dengan keinginan atau prasangka mereka.

Perumpamaan "binatang yang tidak dapat berpikir" sangatlah kuat. Binatang bertindak berdasarkan naluri dan tidak memiliki kapasitas untuk penalaran moral atau rohani yang kompleks. Yudas menggunakan ini untuk menekankan betapa merosotnya kondisi spiritual para pengikut ajaran sesat. Mereka mungkin memiliki argumen yang terdengar fasih, tetapi di baliknya, mereka bertindak tanpa kebijaksanaan ilahi, tanpa pemahaman mendalam tentang konsekuensi dari ajaran mereka, dan tanpa arah moral yang benar. Mereka hanyut dalam kesesatan mereka sendiri, akhirnya binasa dalam kehancuran yang disebabkan oleh pilihan mereka sendiri.

Penting bagi kita untuk merefleksikan ayat ini dalam kehidupan rohani kita. Kita dipanggil untuk senantiasa menguji segala sesuatu berdasarkan Firman Tuhan. Kita tidak boleh dengan mudah menerima ajaran yang terdengar baru atau menarik tanpa melakukan pengujian yang saksama. Pencarian pemahaman yang tulus, kerendahan hati untuk belajar, dan integritas karakter adalah benteng kita melawan ajaran palsu. Kita harus waspada terhadap siapa kita mendengarkan dan apa yang kita biarkan masuk ke dalam hati dan pikiran kita.

Ajaran yang benar selalu mengarah pada pertumbuhan rohani, kasih, dan kesalehan. Sebaliknya, ajaran palsu seringkali menghasilkan kebingungan, perpecahan, dan penyimpangan moral. Yudas 1:10 mengingatkan kita untuk tidak menjadi seperti mereka yang mencela kebenaran karena ketidakpahaman dan kerusakan tabiat. Sebaliknya, marilah kita terus belajar, bertumbuh dalam hikmat, dan menjaga hati kita agar tetap teguh pada kebenaran.