Ayat Zakharia 11:5 merupakan sebuah nubuat yang memilukan dan sarat makna, diucapkan oleh nabi Zakharia atas firman Tuhan. Ayat ini menggambarkan situasi yang tragis di mana umat Tuhan, yang diibaratkan sebagai "domba-domba sembelihan", diperlakukan dengan kekejaman dan ketidakpedulian oleh para pemimpin mereka. Kata-kata ini menyoroti sebuah pengkhianatan mendalam, di mana mereka yang seharusnya melindungi dan merawat justru menjadi pelaku penindasan.
Frasa "pembelinya membunuh mereka dan merasa tidak bersalah" menunjukkan sebuah praktik eksploitasi yang kejam. Para pemimpin, yang bertindak sebagai "pembeli", tidak hanya mengambil keuntungan dari umat, tetapi juga menghancurkan mereka tanpa rasa penyesalan. Ini bisa diartikan sebagai penindasan politik, ekonomi, atau bahkan spiritual, di mana sumber daya dan kehidupan umat dikuras habis demi keuntungan pribadi para penguasa.
Lebih jauh lagi, ayat ini menggambarkan sebuah ironi yang pahit ketika para penjual atau penindas berkata, "Terpujilah TUHAN, aku menjadi kaya!" Penggunaan nama Tuhan dalam konteks keserakahan dan penindasan adalah bentuk kemunafikan yang mengerikan. Mereka mengklaim mendapatkan berkat Tuhan dari hasil eksploitasi mereka, yang jelas-jelas bertentangan dengan prinsip kasih dan keadilan ilahi. Ini adalah sebuah penghujatan terselubung, di mana nama Tuhan dipergunakan untuk melegitimasi kejahatan.
Puncak kepedihan dari ayat ini terletak pada kalimat terakhir: "dan penggembalanya sendiri tidak merasa sayang kepada mereka." Para gembala, yang idealnya adalah pelindung dan pengasuh domba, justru kehilangan rasa kasih sayang. Mereka melihat domba-domba itu sebagai objek untuk dieksploitasi, bukan sebagai makhluk yang patut dikasihi dan dijaga. Kehilangan empati ini menandakan sebuah keruntuhan moral yang parah. Dalam konteks spiritual, ini merujuk pada para pemimpin rohani atau politik yang tidak lagi memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan umat yang mereka pimpin.
Nubuat Zakharia ini memiliki resonansi yang kuat sepanjang sejarah, seringkali diinterpretasikan sebagai peringatan keras terhadap segala bentuk kepemimpinan yang korup dan egois. Ayat ini mengajak kita untuk merefleksikan kualitas kepemimpinan di sekitar kita, serta bagaimana kita memperlakukan mereka yang lebih lemah atau rentan. Keadilan, kasih sayang, dan integritas harus menjadi pilar utama dalam setiap kepemimpinan, baik dalam skala kecil maupun besar, agar umat, seperti domba-domba dalam nubuat ini, dapat hidup dengan aman dan sejahtera di bawah pengawasan yang tulus.
Memahami Zakharia 11:5 memberikan kita perspektif yang penting tentang konsekuensi dari kehilangan kasih dalam kepemimpinan dan dampaknya terhadap umat. Ini adalah panggilan untuk kepekaan moral dan spiritual agar kita tidak jatuh pada jebakan keserakahan dan ketidakpedulian.