Kitab Zakharia, salah satu kitab kenabian dalam Perjanjian Lama, menyajikan serangkaian visi dan nubuat yang kaya makna, terutama berkaitan dengan masa depan umat Allah dan kedatangan Mesias. Salah satu ayat yang paling menarik dan tegas dalam kitab ini adalah Zakharia 13:4. Ayat ini memberikan gambaran yang tajam tentang bagaimana orang-orang yang mengaku sebagai nabi atau pembawa pesan ilahi, namun sebenarnya menyebarkan kebohongan, akan ditolak dan dihukum.
Dalam konteks sejarah Israel, peran nabi sangatlah krusial. Mereka adalah suara Allah di bumi, menyampaikan firman-Nya, menegur kesalahan, dan memberikan harapan. Namun, sepanjang sejarah, selalu ada individu yang mencoba menyalahgunakan gelar nabi untuk keuntungan pribadi, menyebarkan ajaran sesat, atau memanipulasi umat. Zakharia 13:4 secara spesifik menyoroti konsekuensi dari kemunafikan semacam ini.
Ayat ini menggambarkan sebuah skenario yang dramatis. Ketika seseorang mengaku bernubuat, yang seharusnya menjadi tanda otentisitas ilahi, keluarganya sendiri—ayah dan ibunya—akan menjadi orang pertama yang menolaknya. Frasa "Engkau tidak akan hidup" bukanlah sekadar ancaman, melainkan penolakan total terhadap klaim kenabiannya. Hal ini menunjukkan betapa memalukannya dan merusaknya tindakan menyebarkan kebohongan yang mengatasnamakan Tuhan. Penolakan ini datang dari lingkaran terdekat, menyiratkan bahwa kebohongan tersebut begitu nyata dan meresahkan sehingga bahkan mereka yang paling dekat pun tidak dapat mentoleransinya.
Lebih jauh lagi, ayat ini menggunakan bahasa yang sangat kuat: "Dan ayah serta ibunya yang melahirkannya akan menusuk dia, ketika ia bernubuat." Penggambaran "menusuk" di sini dapat diinterpretasikan secara harfiah atau kiasan. Secara kiasan, ini melambangkan penolakan yang menyakitkan dan definitif, sebuah tindakan yang menghancurkan reputasi dan otoritas kenabian palsu tersebut. Dalam beberapa interpretasi teologis, ini bahkan bisa merujuk pada hukuman yang lebih berat. Intinya, nabi palsu ini tidak hanya akan ditinggalkan oleh orang banyak, tetapi juga dihukum oleh mereka yang seharusnya menjadi pendukung utamanya.
Makna dari Zakharia 13:4 jauh melampaui konteks Israel kuno. Ayat ini berfungsi sebagai peringatan abadi bagi semua umat beragama untuk selalu waspada terhadap ajaran yang menyimpang dan pemimpin yang tidak otentik. Ini mengajarkan pentingnya kebijaksanaan rohani untuk membedakan antara kebenaran dan kebohongan, bahkan ketika kebohongan itu dibungkus dengan retorika ilahi. Dalam dunia yang penuh dengan berbagai informasi dan klaim, ayat ini mendorong kita untuk memeriksa dengan teliti sumber dan pesan yang kita terima, terutama yang berkaitan dengan hal-hal rohani.
Pesan ini sangat relevan dalam konteks kekinian, di mana informasi menyebar begitu cepat melalui berbagai platform. Kemudahan akses informasi juga membuka pintu bagi penyebaran klaim-klaim yang tidak berdasar atau menyesatkan. Zakharia 13:4 mengingatkan kita bahwa otoritas spiritual sejati tidak dibangun di atas kebohongan atau manipulasi, melainkan di atas kebenaran dan integritas. Penolakan terhadap nabi palsu menunjukkan bahwa kebohongan, sekecil apa pun, pada akhirnya akan terbongkar dan membawa konsekuensi yang serius, bahkan dari orang-orang terdekat.