Simbol Ketenangan, Kebenaran, dan Keteguhan Iman

1 Korintus 10:19 - Berhala dan Daging Persembahan

"Tetapi apa yang kupersembahkan kepada berhala, adalah persembahan kepada roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau bersekutu dengan roh jahat."

Ayat Alkitab dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus, pasal 10 ayat 19, menyajikan sebuah penegasan yang tegas mengenai sikap orang percaya terhadap praktik penyembahan berhala dan konsumsi daging yang dipersembahkan kepada berhala. Ayat ini bukan sekadar larangan, melainkan sebuah refleksi mendalam tentang hubungan antara kekudusan Allah, kekudusan orang percaya, dan pengaruh roh-roh kegelapan.

Paulus mengingatkan jemaat Korintus, dan kita semua, bahwa apa yang dipersembahkan kepada berhala bukanlah sesuatu yang netral. Persembahan tersebut, menurut pemahaman rohani yang dibagikan Paulus, secara esensial adalah persembahan kepada "roh jahat". Ini adalah sebuah pengakuan bahwa di balik patung-patung dan simbol-simbol yang disembah oleh bangsa-bangsa lain, terdapat kekuatan spiritual yang menentang Allah. Roh-roh jahat ini aktif mencari penyembahan dan persekutuan, dan persembahan kepada berhala adalah jalan utama bagi mereka untuk meraihnya.

Lebih lanjut, Paulus menyatakan dengan tegas, "bukan kepada Allah." Ini menekankan dualisme yang fundamental dalam keyakinan Kristen. Tidak ada jalan tengah ketika berhadapan dengan Allah dan kekuatannya yang berlawanan. Mempersembahkan sesuatu kepada berhala secara otomatis berarti menolak dan menjauhkan diri dari Allah. Ini adalah pilihan yang tidak bisa dikompromikan. Tindakan ini mengindikasikan penolakan terhadap kedaulatan Allah dan penyerahan diri kepada kekuatan lain yang pada hakikatnya adalah musuh Allah.

Pernyataan penutup, "Dan aku tidak mau bersekutu dengan roh jahat," adalah sebuah deklarasi kesetiaan dan komitmen pribadi yang kuat. Kata "bersekutu" di sini merujuk pada keterlibatan, keikutsertaan, dan bahkan kebersamaan. Paulus tidak hanya menolak menyembah berhala, tetapi juga menolak segala bentuk persekutuan atau keterlibatan apa pun yang dapat mengikatnya dengan roh jahat. Bagi orang percaya, persekutuan yang sejati seharusnya hanya dengan Allah Tritunggal. Bersekutu dengan roh jahat berarti merusak persekutuan tersebut dan membuka diri terhadap pengaruh serta kuasa kegelapan yang destruktif.

Dalam konteks jemaat Korintus yang berada di tengah-tengah masyarakat pagan yang kaya akan praktik penyembahan berhala, ayat ini menjadi sangat relevan. Ada kemungkinan bahwa daging yang dipersembahkan di kuil-kuil berhala kemudian dijual di pasar, atau bahkan disajikan dalam perjamuan di kuil itu sendiri. Paulus berusaha mengajarkan bahwa meskipun secara fisik daging itu hanyalah daging, namun konteks spiritualnya menjadikannya problematik bagi orang percaya yang ingin menjaga kemurnian imannya dan persekutuannya dengan Allah.

Inti pesan 1 Korintus 10:19 adalah tentang kesadaran rohani. Orang percaya dipanggil untuk melihat melampaui realitas fisik dan memahami dimensi spiritual dari setiap tindakan. Menjaga kekudusan dan membedakan antara perkara Allah dan perkara roh jahat adalah kunci untuk hidup dalam kemenangan iman, tidak tercemar oleh pengaruh dunia yang berlawanan dengan kehendak Tuhan.