Simbol Perjamuan Kudus

1 Korintus 11:33

"Jadi, saudara-saudara, jika kamu berkumpul untuk makan, tunggulah seorang akan yang lain."

Ayat Alkitab 1 Korintus 11:33 adalah sebuah pengingat yang sangat penting mengenai bagaimana jemaat seharusnya menyikapi pertemuan untuk melakukan perjamuan Tuhan. Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, menegur mereka keras karena banyaknya kekacauan dan ketidaktertiban yang terjadi saat mereka berkumpul untuk merayakan perjamuan Kudus. Perayaan ini, yang seharusnya menjadi momen sakral untuk mengenang pengorbanan Yesus Kristus, justru menjadi ajang pameran keserakahan, kecemburuan, dan perpecahan di antara anggota jemaat.

Konteks dari ayat ini adalah kegagalan jemaat Korintus dalam menghayati makna perjamuan Kudus. Mereka datang terlambat, makan dan minum secara berlebihan, bahkan ada yang mabuk, sementara yang lain tidak mendapatkan apa-apa. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan sosial yang mencolok di tengah-tengah perayaan kebersamaan iman. Paulus melihat bahwa perilaku ini tidak mencerminkan kasih persaudaraan yang seharusnya menjadi ciri khas pengikut Kristus. Perjamuan Kudus bukan sekadar ritual, melainkan sebuah ekspresi kesatuan di dalam Kristus.

Oleh karena itu, Paulus memberikan instruksi yang jelas: "Jadi, saudara-saudara, jika kamu berkumpul untuk makan, tunggulah seorang akan yang lain." Perintah ini menggarisbawahi pentingnya kesabaran, saling menghargai, dan pertimbangan terhadap sesama. Ini berarti bahwa ketika seseorang datang untuk berpartisipasi dalam perjamuan Tuhan, ia harus memiliki sikap yang mengutamakan kebersamaan daripada kepentingan pribadi. Menunggu sesama menunjukkan bahwa setiap orang memiliki nilai yang sama di hadapan Tuhan, tanpa memandang status sosial atau latar belakang mereka.

Lebih dari sekadar menunggu secara fisik, ayat ini juga mengajak kita untuk menunggu dalam arti kesiapan rohani dan emosional. Ini berarti menahan diri dari sikap egois atau tidak peduli terhadap kebutuhan orang lain. Paulus ingin jemaat Korintus menyadari bahwa perjamuan Kudus adalah simbol tubuh Kristus yang satu. Jika ada perpecahan atau ketidakadilan di antara mereka, maka mereka sesungguhnya merusak kesatuan tubuh Kristus itu sendiri. Perilaku yang tidak tertib pada saat perjamuan Kudus adalah sebuah bentuk penghinaan terhadap Tuhan dan sesama.

Dalam konteks modern, pelajaran dari 1 Korintus 11:33 tetap relevan. Meskipun cara kita merayakan perjamuan Kudus mungkin berbeda, prinsip dasar kesabaran, saling menghargai, dan mengutamakan kebersamaan tetaplah krusial. Kita perlu merenungkan apakah dalam persekutuan kita, terutama saat beribadah, kita masih menunjukkan sikap yang mengutamakan diri sendiri atau justru benar-benar memelihara kesatuan dan kasih persaudaraan. Menunggu sesama bukan hanya soal waktu, tetapi soal hati yang siap untuk berbagi dan melayani, mencerminkan Kristus yang rela mengorbankan diri-Nya bagi kita semua.