"Tetapi jika semua orang bernubuat, dan seorang yang tidak percaya atau yang bukan ahli masuk, maka ia akan dibuatnya jadi tegas kesalahan dan penghakimannya, dan rahasia hatinya menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: 'Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu.'"
Ayat dari Surat Paulus kepada jemaat di Korintus ini menyajikan gambaran yang kuat mengenai bagaimana karunia rohani, khususnya nubuat, dapat berdampak pada pendengar. Rasul Paulus sedang membahas mengenai penggunaan karunia-karunia rohani dalam pertemuan ibadah jemaat. Ia menekankan pentingnya keteraturan dan tujuan agar semua yang hadir, baik percaya maupun yang belum percaya, dapat dibangun dan dikuatkan.
Ketika karunia nubuat digunakan dengan benar, yaitu ketika seseorang berbicara atas nama Tuhan dengan jelas dan dapat dipahami oleh semua orang, dampaknya adalah transformatif. Ayat 1 Korintus 14:25 secara spesifik menggambarkan apa yang terjadi ketika seorang yang "bukan ahli" atau "tidak percaya" hadir dalam sebuah ibadah di mana nubuat diucapkan. Kata "tidak ahli" di sini bisa merujuk pada seseorang yang asing dengan ajaran Kristen, atau bahkan seseorang yang mungkin skeptis terhadap hal-hal rohani.
Dalam konteks ini, nubuat yang disampaikan dengan jelas akan berfungsi seperti sebuah cermin spiritual. Orang yang mendengarnya akan dibuat "tertegas kesalahan dan penghakimannya." Ini bukan berarti bahwa nubuat itu sendiri adalah kutukan, melainkan bahwa kebenaran yang diungkapkan melalui nubuat itu akan menyoroti kondisi rohani pendengar, mengungkapkan ketidaksesuaian mereka dengan kehendak Tuhan. Hal ini seringkali menghasilkan perasaan bersalah atau kesadaran akan dosa.
Lebih dari sekadar menunjukkan kesalahan, nubuat yang ilahi mampu menyingkapkan "rahasia hati" seseorang. Pikiran, motivasi, dan keinginan terdalam yang mungkin tersembunyi, akan menjadi nyata di hadapan kebenaran Tuhan yang disampaikan. Ini adalah pengalaman yang mendalam dan intim, di mana seseorang merasa sepenuhnya terlihat oleh Allah.
Hasil dari kesadaran akan kesalahan dan terbukanya rahasia hati bukanlah keputusasaan, melainkan sebuah kesempatan untuk rekonsiliasi. Ayat ini mencapai puncaknya dengan menyatakan bahwa orang tersebut akan "sujud menyembah Allah dan mengaku: 'Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu.'" Ini menunjukkan bahwa penyampaian kebenaran ilahi, yang diilhami oleh Roh Kudus, memiliki kekuatan untuk membawa seseorang dari ketidakpercayaan atau ketidakpedulian kepada pengakuan iman dan penyembahan yang tulus.
Ini adalah bukti nyata dari kuasa Injil yang bekerja melalui karunia-karunia rohani. Paulus ingin jemaat memahami bahwa ibadah mereka, termasuk penggunaan karunia nubuat, haruslah berorientasi pada membangun dan membawa orang lain kepada Kristus. Tujuannya bukan untuk pamer karunia, tetapi agar seluruh jemaat, termasuk orang luar, dapat mengalami hadirat Allah yang menyelamatkan dan mengubah. Karunia nubuat yang benar bukan tentang ramalan masa depan, melainkan tentang penyampaian pesan Tuhan yang membangun, menegur, dan menghibur, yang pada akhirnya membawa kemuliaan bagi Allah.