1 Korintus 14:28 - Berbicara Dalam Bahasa Roh

"Tetapi jika tidak ada orang yang dapat menafsirkan, baiklah ia berdiam diri di jemaat dan berbicara kepada dirinya sendiri dan kepada Allah."

Bahasa Roh: Berbicara dengan Allah

Ilustrasi: Aliran kata yang personal dan ilahi

Ayat Alkitab 1 Korintus 14:28 memberikan sebuah instruksi yang jelas dan penting mengenai penggunaan karunia berbahasa roh di dalam pertemuan jemaat. Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, menekankan pentingnya keteraturan dan pemahaman dalam setiap ibadah. Karunia berbahasa roh, meskipun merupakan anugerah ilahi yang berharga, memiliki potensi untuk disalahpahami atau bahkan menimbulkan kebingungan jika tidak digunakan dengan bijak. Ayat ini secara spesifik berbicara tentang situasi ketika seseorang mendapatkan penglihatan atau dorongan untuk berbicara dalam bahasa roh, tetapi tidak ada penerjemah yang hadir di antara jemaat.

Makna dan Konteks

Dalam konteks jemaat mula-mula, karunia berbahasa roh adalah salah satu manifestasi dari Roh Kudus. Namun, di jemaat Korintus, karunia ini seringkali digunakan secara berlebihan dan tanpa kendali, sehingga lebih banyak menghasilkan kekacauan daripada membangun jemaat. Paulus sedang berusaha mendisiplinkan penggunaan karunia-karunia rohani agar semuanya dilakukan demi kemuliaan Tuhan dan untuk kebaikan bersama. Ayat 1 Korintus 14:28 adalah bagian dari argumen Paulus yang lebih luas mengenai prioritas penyampaian pesan yang dapat dimengerti.

Perintah untuk "berdiam diri di jemaat" bukanlah larangan terhadap doa pribadi atau ibadah pribadi, melainkan penekanan bahwa di dalam forum umum, yaitu jemaat, hal-hal yang membangun semua orang harus diutamakan. Berbicara dalam bahasa roh tanpa penerjemah hanya akan menjadi suara yang tidak berarti bagi sebagian besar pendengar, kecuali bagi orang yang memilikinya dan mungkin hanya terbatas pada interaksinya dengan Tuhan. Oleh karena itu, agar tidak mengganggu ibadah dan tidak menimbulkan kesalahpahaman, Paulus menyarankan agar orang tersebut menahan diri dari berbicara dengan suara keras di tengah jemaat.

Berbicara Kepada Diri Sendiri dan Kepada Allah

Frasa "berbicara kepada dirinya sendiri dan kepada Allah" menyoroti aspek spiritual yang mendalam dari karunia berbahasa roh. Ketika seseorang berbahasa roh, ia sedang berkomunikasi langsung dengan Tuhan. Ini adalah bentuk doa atau pujian yang mungkin melampaui pemahaman rasional, namun Roh Kudus menjadi perantara yang memastikan komunikasi tersebut diterima oleh Allah. Dalam konteks ayat ini, ketika tidak ada penerjemah, tindakan tersebut menjadi sebuah pengalaman spiritual yang bersifat pribadi. Seseorang tetap dapat memelihara hubungannya dengan Tuhan, memuji-Nya, atau berdoa dalam bahasa roh, namun di dalam hatinya, tanpa mengganggu aliran ibadah jemaat.

Ini bukan berarti karunia berbahasa roh itu tidak penting. Sebaliknya, Paulus sendiri mengakui dan bahkan mendorong jemaat untuk merindukan karunia-karunia rohani, termasuk berbahasa roh (1 Korintus 14:1). Namun, ia memberikan prioritas pada karunia nubuat, yaitu penyampaian firman Tuhan yang dapat dimengerti oleh semua orang, karena tujuan utama dari ibadah jemaat adalah untuk membangun, mengajar, dan menghibur seluruh anggota jemaat. Ketika karunia berbahasa roh digunakan, harus selalu ada upaya untuk menyertai dengan penafsiran agar seluruh jemaat dapat ikut serta memahami dan diberkati.

Aplikasi di Masa Kini

Meskipun konteksnya adalah jemaat Korintus, prinsip yang diajarkan dalam 1 Korintus 14:28 tetap relevan. Dalam banyak tradisi Kristen, karunia berbahasa roh masih dipraktikkan. Ayat ini mengingatkan para individu untuk menghargai pentingnya pemahaman dalam ibadah komunal. Jika seseorang mendapatkan dorongan untuk berbicara dalam bahasa roh di tengah ibadah jemaat dan tidak ada penerjemah, prinsip rasul Paulus adalah untuk menahan diri. Hal ini menunjukkan bahwa kepekaan terhadap kebutuhan jemaat, serta keinginan untuk menjaga ketertiban dan keteraturan dalam ibadah, adalah prioritas yang tinggi. Berdoa dan memuji Tuhan secara pribadi, baik dalam bahasa roh maupun dalam bahasa yang dimengerti, adalah hal yang sangat penting, namun harus dilakukan dengan cara yang tidak mengganggu dan membangun seluruh tubuh Kristus.