1 Korintus 14:6

"Jadi, saudara-saudara, jika saya datang kepada kamu dan berbicara dengan bahasa roh, apakah gunanya bagi kamu, jika saya tidak menyatakan kepadamu, baik penyataan, pengetahuan, nubuat, maupun pengajaran?"

Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus memberikan arahan penting mengenai penggunaan karunia-karunia rohani di dalam persekutuan ibadah. Ayat 1 Korintus 14:6 secara khusus menyoroti pentingnya makna dan pemahaman dalam penyampaian pesan-pesan rohani. Paulus bertanya, apa gunanya jika seseorang berbicara dalam bahasa roh yang tidak dipahami oleh jemaat, jika tidak ada penjelasan yang menyertainya? Pertanyaan retoris ini menggarisbawahi prinsip bahwa komunikasi rohani haruslah membangun dan mendidik.

Konteks ayat ini adalah perdebatan Paulus mengenai karunia bahasa roh (glossolalia) dan karunia nubuat. Di satu sisi, Paulus mengakui keindahan dan nilai dari karunia bahasa roh. Namun, di sisi lain, ia menekankan bahwa karunia yang tidak dapat dipahami oleh pendengar akan lebih bersifat pribadi, yaitu berbicara kepada Allah, bukan kepada manusia. Sebaliknya, karunia nubuat – yaitu menyampaikan pesan yang dimengerti oleh jemaat – memiliki potensi yang jauh lebih besar untuk membangun, meneguhkan, dan menghibur seluruh persekutuan.

Paulus kemudian merinci apa saja yang dibutuhkan agar komunikasi rohani dapat membangun jemaat. Ia menyebutkan empat elemen kunci: "penyataan, pengetahuan, nubuat, maupun pengajaran."

Inti dari ajaran Paulus dalam 1 Korintus 14:6 adalah bahwa karunia-karunia rohani haruslah difokuskan pada peningkatan pemahaman dan pertumbuhan iman seluruh jemaat. Ketika karunia rohani digunakan tanpa disertai penjelasan dan makna yang dapat dipahami, maka nilai membangunnya menjadi terbatas. Paulus mendorong jemaat Korintus untuk mendambakan karunia-karunia yang lebih dapat membangun jemaat secara keseluruhan. Ini mengajarkan kita bahwa komunikasi iman yang efektif adalah komunikasi yang jelas, bermakna, dan membawa perubahan positif bagi orang lain. Dengan demikian, setiap percakapan rohani, baik melalui karunia bahasa roh yang diterjemahkan, nubuat, atau pengajaran, haruslah bertujuan untuk kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama.