Apakah engkau telah dipanggil waktu menjadi hamba? Janganlah cemas; tetapi sekalipun engkau dapat menjadi orang merdeka, pergunakanlah itu.
Ayat dari Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus ini berbicara tentang situasi hidup yang sangat spesifik di zamannya, yaitu tentang perbudakan. Namun, makna mendalamnya melampaui konteks historis tersebut dan menawarkan prinsip hidup yang relevan hingga kini. Rasul Paulus memberikan nasihat yang bijak kepada orang-orang percaya yang mungkin berada dalam kondisi perbudakan saat menerima panggilan Kristus. Ia mengatakan, "Janganlah cemas." Kata "cemas" di sini menyiratkan kekhawatiran yang berlebihan, kegelisahan, atau rasa tidak aman mengenai status sosial atau kondisi hidup.
Penting untuk dicatat bahwa Paulus tidak menganjurkan perbudakan, melainkan memberikan panduan praktis bagaimana menjalani iman Kristen dalam realitas yang ada. Panggilan yang dimaksud adalah panggilan kepada Kristus, sebuah panggilan yang mentransformasi identitas seseorang di hadapan Tuhan, terlepas dari status sosialnya di dunia. Status sebagai budak tidak serta-merta menghalangi seseorang untuk menjadi milik Kristus, begitu pula menjadi orang merdeka. Fokusnya adalah pada kesatuan dalam Kristus.
Bagian kedua dari ayat ini menjadi sangat menarik: "tetapi sekalipun engkau dapat menjadi orang merdeka, pergunakanlah itu." Ini bukan berarti orang yang tadinya budak lantas dianjurkan untuk mencari kebebasan fisik semata-mata. Paulus justru menyarankan agar, jika kesempatan untuk menjadi merdeka itu ada, hendaknya dimanfaatkan. Namun, penekanannya bukan pada kebebasan duniawi sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai sarana.
Dalam konteks ajaran Kristen, ada kebebasan yang jauh lebih besar dan lebih sejati daripada sekadar kebebasan dari status perbudakan. Kebebasan sejati itu adalah kebebasan dari dosa, dari kuk hukum Taurat yang membebani, dan dari kuasa maut, yang semuanya telah dianugerahkan melalui penebusan Kristus. Paulus sering kali menjelaskan konsep kebebasan ini, misalnya dalam surat-suratnya yang lain, di mana ia menekankan bahwa orang percaya telah dibebaskan untuk hidup dalam Roh.
Oleh karena itu, ketika Paulus berkata "pergunakanlah itu," ia bisa diartikan sebagai menggunakan kesempatan merdeka untuk melayani Tuhan dengan lebih leluasa, tanpa hambatan status sosial yang mungkin membatasi. Kebebasan fisik yang diperoleh hendaknya diarahkan pada tujuan spiritual, yaitu untuk semakin memuliakan Tuhan dan melayani sesama. Prinsipnya adalah agar segala aspek kehidupan, termasuk status sosial, ditempatkan di bawah kendali Kristus.
Bagaimana ayat ini relevan bagi kita saat ini? Kita mungkin tidak lagi hidup dalam sistem perbudakan seperti di zaman Paulus. Namun, kita semua menghadapi berbagai "status" atau kondisi hidup yang berbeda: kaya atau miskin, berpendidikan atau tidak, sehat atau sakit, memiliki kedudukan tinggi atau rendah. Prinsip Paulus mengingatkan kita untuk tidak terlalu mencemaskan atau berbangga pada status duniawi kita.
Apapun kondisi kita, kita dipanggil untuk hidup dalam Kristus. Jika ada kesempatan untuk memperbaiki kondisi hidup kita (misalnya, mencari pekerjaan yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi), kita dapat memanfaatkannya, tetapi selalu dengan tujuan yang benar: untuk kemuliaan Tuhan dan pelayanan kepada orang lain. Identitas utama kita bukanlah pada status duniawi, melainkan pada identitas kita sebagai anak-anak Tuhan yang telah dibebaskan dalam Kristus. Kebebasan terbesar kita adalah kebebasan yang ada di dalam kasih Kristus, yang memampukan kita hidup penuh sukacita dan makna, terlepas dari segala kesulitan atau kelebihan duniawi. Ayat 1 Korintus 7:21 adalah pengingat abadi bahwa panggilan Kristus menempatkan kita pada status spiritual yang tertinggi, yang melampaui segala keterbatasan duniawi.