1 Raja-Raja 1:25 - Janji Daud dan Tahta Salomo

1 Raja-Raja 1:25
TAHTA KERAJAAN Digenapi Janji Daud Daud Salomo

Ilustrasi: Pengalihan Tahta Kerajaan

Kisah dalam Kitab 1 Raja-Raja pasal 1 menyajikan momen krusial dalam sejarah Kerajaan Israel. Setelah Raja Daud menua dan fisiknya melemah, muncul persoalan suksesi takhta yang memicu berbagai intrik dan ambisi. Ayat 25 dari pasal ini menjadi titik penting yang menyoroti keabsahan penobatan Salomo sebagai penerus takhta, sekaligus menegaskan pemenuhan janji yang pernah dibuat oleh Raja Daud.

Ayat ini berbunyi, "Sebab ia (Adonia) telah pergi sekarang ke sana, ia menyembelih lembu, ternak tambun dan kambing domba, dan telah mengundang semua saudara raja, dan Benaya bin Yoyada, dan semua orang gagah perkasa, kecuali abdi raja, yang bersama Salomo." Kutipan ini menggambarkan upacara takhta tandingan yang diselenggarakan oleh Adonia, putra Daud yang lain, yang berusaha merebut kekuasaan secara paksa. Adonia tampaknya memanfaatkan situasi kelemahan Daud untuk memproklamirkan dirinya sebagai raja. Ia melakukan serangkaian ritual dan jamuan makan besar, mengundang para petinggi militer dan saudara-saudaranya yang mendukungnya. Namun, ia secara sengaja mengecualikan figur-figur kunci yang dekat dengan Daud, terutama Salomo dan para pendukungnya.

Penekanan pada pengkhususan "kecuali abdi raja, yang bersama Salomo" sangatlah signifikan. Ini menunjukkan bahwa pihak Adonia menyadari, atau setidaknya curiga, akan dukungan yang dimiliki Salomo dari lingkaran dalam Daud. Mereka berusaha mengisolasi Salomo dan memastikan bahwa ia tidak memiliki kekuatan atau legitimasi untuk melawan. Tindakan Adonia ini merupakan pemberontakan terbuka yang berupaya mengabaikan kehendak atau pilihan Raja Daud mengenai siapa yang akan menggantikannya.

Dalam konteks yang lebih luas, Kitab 1 Raja-Raja 1:25 menjadi bagian dari narasi tentang bagaimana Salomo, yang dipilih oleh Daud dan diberkati oleh Tuhan, akhirnya dinobatkan menjadi raja. Peristiwa yang digambarkan dalam ayat ini merupakan kontras langsung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sementara Adonia sibuk dengan "pesta" kudeta, orang-orang yang setia kepada Daud dan Salomo bertindak cepat untuk melaksanakan penobatan yang sah. Nabi Natan dan Imam Besar Zadok, atas instruksi Daud, segera mengurapi Salomo sebagai raja di Gihon.

"Sebab ia (Adonia) telah pergi sekarang ke sana, ia menyembelih lembu, ternak tambun dan kambing domba, dan telah mengundang semua saudara raja, dan Benaya bin Yoyada, dan semua orang gagah perkasa, kecuali abdi raja, yang bersama Salomo."

Ayat ini, meskipun menggambarkan tindakan pemberontakan, justru memperkuat cerita tentang keadilan dan kebenaran yang akhirnya ditegakkan. Keberhasilan Salomo bukanlah hasil dari intriknya sendiri, melainkan dari kesetiaan para pendukungnya dan ketetapan hati Raja Daud. Pengabaian terhadap Salomo oleh Adonia pada akhirnya justru menjadi bukti bahwa Salomo adalah pilihan yang diinginkan oleh Daud dan juga oleh Tuhan. Kisah ini mengajarkan tentang pentingnya mengikuti kehendak ilahi dan konsekuensi dari upaya merebut kekuasaan melalui cara-cara yang tidak sah. Penobatan Salomo menjadi raja Israel menandai awal era baru yang penuh kemakmuran dan kebijaksanaan, sebuah era yang berakar pada pemenuhan janji dan penegakan kebenaran.