Tentang Yerobeam pun terdengar kabar tentang perbuatannya. Ia melarikan diri ke Mesir, ke negeri Syisakh, dan tinggal di sana sampai kematian Saul.
Ayat 1 Raja-Raja 11:40 menceritakan tentang salah satu momen penting dalam kehidupan Yerobeam, seorang tokoh yang kelak akan memimpin sepuluh suku utara Israel dan mendirikan kerajaan tandingannya. Narasi ini menyoroti bagaimana Yerobeam, setelah mengalami nasib buruk akibat pemberontakannya terhadap Salomo, mencari perlindungan di Mesir. Pelarian ini menandai awal dari periode pengasingan baginya, di mana ia harus menunggu nasib politik di negerinya sendiri berlalu, termasuk kematian Raja Saul, yang ironisnya adalah raja dari suku Benyamin yang melawannya.
Periode ini bukan sekadar tentang pelarian fisik, tetapi juga sebuah masa perenungan dan mungkin persiapan. Yerobeam, yang sebelumnya ditunjuk oleh Salomo untuk memimpin pekerjaan wajib di Yerusalem, pasti memiliki pemahaman mendalam tentang keadaan kerajaan Israel. Pengalaman pahitnya, pengkhianatan yang ia rasakan, dan perjalanannya ke Mesir, sebuah kekuatan besar pada masanya, kemungkinan besar membentuk pandangan dan ambisinya di kemudian hari. Tinggal di negeri asing, jauh dari hiruk pikuk politik di Israel, memberinya perspektif yang unik.
Kehidupan Yerobeam di Mesir sampai kematian Saul menunjukkan betapa dinamisnya sejarah pada masa itu. Kematian seorang raja sering kali membawa ketidakstabilan dan membuka peluang baru. Bagi Yerobeam, ini adalah periode penantian strategis. Ia tidak terlibat langsung dalam perebutan kekuasaan yang terjadi setelah kematian Saul, namun ia menyaksikan serta menyerap apa yang terjadi. Ini adalah semacam "magang" dalam ketidakpastian, yang kelak akan memberinya modal untuk mengambil peran sentral.
Kisah Yerobeam di Mesir menggarisbawahi prinsip bahwa masa-masa sulit, bahkan yang melibatkan pelarian dan pengasingan, bisa menjadi batu loncatan bagi tujuan yang lebih besar. Ayat ini memberikan gambaran singkat namun signifikan tentang awal mula perjalanan seorang pemimpin yang kelak akan memecah belah kerajaan Israel. Ia adalah bukti bahwa bahkan di saat terendah, persiapan dan ketahanan dapat menuntun pada kebangkitan yang luar biasa, meski dengan konsekuensi yang kompleks di masa depan.
Perjalanan Yerobeam ke Mesir dan masa tinggalnya di sana, hingga kematian Saul, merupakan titik krusial yang sering kali terlewatkan ketika membahas kehidupannya sebagai raja. Namun, ayat ini secara jernih menggambarkan bagaimana ia mengambil langkah taktis untuk menyelamatkan diri sambil menunggu waktu yang tepat. Ini adalah cerita tentang ketahanan, adaptasi, dan strategi dalam menghadapi ketidakpastian politik, sebuah pelajaran universal yang tetap relevan hingga kini.