"Larilah dari tengah-tengah Babel, dan masing-masing menyelamatkan nyawanya! Janganlah kaubisampah dalam kejahatannya, sebab ini adalah waktu pembalasan TUHAN, Ia akan membalasnya setimpal."
Kitab Yeremia, bab 51, ayat 6, memuat sebuah seruan peringatan yang sangat kuat dari Tuhan kepada umat-Nya, dan secara lebih luas kepada siapapun yang mendengarkan firman-Nya. Ayat ini berbicara tentang kejatuhan Babel, sebuah kerajaan yang pada masanya melambangkan kekuatan duniawi, kesombongan, dan penindasan. Yeremia, sebagai nabi Tuhan, diutus untuk menyampaikan pesan penghakiman yang akan menimpa kota Babel yang kejam dan kotanya yang penuh dosa. Peringatan untuk "melarikan diri dari tengah-tengah Babel" bukanlah sekadar nasihat geografis, melainkan sebuah panggilan untuk memisahkan diri dari sistem, nilai-nilai, dan praktik-praktik yang bertentangan dengan kehendak Allah. Babel, dalam konteks ini, bisa diartikan sebagai segala sesuatu yang mewakili kejahatan, penyembahan berhala, dan kezaliman yang merajalela.
Seruan "masing-masing menyelamatkan nyawanya" menekankan urgensi dan keseriusan situasi. Ini bukan waktu untuk berdiam diri atau ragu-ragu. Kejatuhan Babel digambarkan sebagai suatu peristiwa yang pasti dan mengerikan, dan bagi mereka yang tertinggal, konsekuensinya akan sangat berat. Pesan ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya kebijaksanaan rohani. Dalam dunia yang seringkali dipenuhi dengan godaan dan pengaruh negatif, kita dipanggil untuk memiliki kepekaan rohani agar dapat membedakan mana yang dari Tuhan dan mana yang bukan. Belajar dari sejarah bangsa Israel dan kejatuhan Babel mengajarkan kita bahwa kesetiaan kepada Tuhan dan penolakan terhadap kejahatan adalah kunci untuk bertahan dan diberkati.
Lebih lanjut, frasa "Janganlah kaubisampah dalam kejahatannya" adalah sebuah peringatan keras untuk tidak ikut serta dalam dosa dan kemunafikan yang ada. Ini berarti menjaga hati, pikiran, dan tindakan agar tetap murni di hadapan Tuhan, meskipun dikelilingi oleh lingkungan yang korup. Godaan untuk mengikuti arus kejahatan, apalagi jika itu tampak menguntungkan atau populer, memang selalu ada. Namun, firman Tuhan dalam Yeremia 51:6 mengingatkan kita bahwa kemuliaan duniawi yang didasarkan pada kejahatan adalah fana, sementara kesetiaan kepada Tuhan membawa berkat abadi.
Ayat ini ditutup dengan pernyataan yang sangat kuat: "sebab ini adalah waktu pembalasan TUHAN, Ia akan membalasnya setimpal." Ini menegaskan kedaulatan Allah atas segala sesuatu. Tidak ada kejahatan yang luput dari pandangan-Nya, dan tidak ada perbuatan baik yang terlupakan. Tuhan adalah Hakim yang adil, dan Dia akan membawa keadilan bagi umat-Nya. Bagi Babel yang telah menindas dan menyakiti, akan ada pembalasan yang setimpal. Bagi umat Tuhan yang setia, meskipun mungkin sedang mengalami penderitaan, ada pengharapan akan keadilan dan pemulihan. Pesan Yeremia 51:6 adalah pengingat abadi bahwa meskipun kejahatan mungkin tampak berkuasa untuk sementara waktu, pada akhirnya, keadilan ilahi akan tegak. Kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran, memisahkan diri dari kejahatan, dan percaya bahwa Tuhan akan bertindak pada waktu-Nya yang tepat.