1 Raja-raja 12:17

Tetapi mengenai semua orang Israel yang diam di kota-kota Yehuda, maka Rehabeam menjadi raja atas mereka.

Kisah perpecahan Kerajaan Israel, sebagaimana tercatat dalam Kitab 1 Raja-raja, bab 12, ayat 17, menandai salah satu momen paling krusial dan tragis dalam sejarah bangsa Israel kuno. Ayat ini secara singkat namun padat menyatakan bahwa setelah kematian Raja Salomo, putranya Rehabeam naik takhta, namun hanya atas suku-suku Yehuda. Ini adalah permulaan dari terpecahnya kerajaan yang bersatu di bawah kepemimpinan raja-raja sebelumnya, Daud dan Salomo. Kejadian ini memiliki dampak yang mendalam dan berkepanjangan terhadap nasib bangsa Israel.

Semua bermula dari permintaan umat Israel kepada Rehabeam agar meringankan beban kerja berat dan pajak yang diberlakukan oleh ayahnya, Salomo. Sayangnya, nasihat dari para penasihat muda Rehabeam yang arogan lebih didengarkan daripada nasihat para tua-tua yang bijaksana. Rehabeam dengan tegas menolak permintaan rakyatnya, bahkan mengancam untuk memberatkan kuk mereka lebih lagi. Respon yang keras dan tidak bijaksana ini memicu kemarahan sepuluh suku Israel utara. Mereka memberontak dan mendirikan kerajaan tandingan dengan Yerobeam bin Nebat sebagai raja mereka.

Akibatnya, Kerajaan Israel terbagi menjadi dua: Kerajaan Yehuda di selatan, yang mencakup suku Yehuda dan Benyamin, dan berpusat di Yerusalem di mana Rehabeam memerintah; serta Kerajaan Israel di utara, yang terdiri dari sepuluh suku lainnya dan berpusat di Samaria di bawah pemerintahan Yerobeam. Ayat 1 Raja-raja 12:17 secara spesifik menekankan pembagian ini, dengan menyatakan bahwa hanya suku Yehuda yang tetap setia kepada Rehabeam. Ini adalah sebuah pemisahan yang tidak hanya bersifat politis tetapi juga spiritual dan sosial, yang akan terus mempengaruhi dinamika kekuasaan dan identitas bangsa Israel selama berabad-abad.

Perpecahan ini membawa konsekuensi yang berat. Kedua kerajaan sering kali berperang satu sama lain, melemahkan posisi mereka di hadapan bangsa-bangsa asing yang mengancam. Lebih jauh lagi, Raja Yerobeam, untuk mencegah rakyatnya kembali ke Yerusalem dan menyembah Tuhan di Bait Allah, mendirikan tempat-tempat penyembahan berhala baru di utara, yang menjadi akar kesesatan dan penyembahan berhala yang terus menerus di Kerajaan Israel utara. Sejarah kedua kerajaan ini dipenuhi dengan pemberontakan, pengkhianatan, dan hukuman ilahi.

Momen yang digambarkan dalam 1 Raja-raja 12:17 adalah pengingat akan pentingnya kepemimpinan yang bijaksana, keadilan, dan kepekaan terhadap kebutuhan rakyat. Kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat membawa konsekuensi yang menghancurkan, tidak hanya bagi para pemimpin tetapi juga bagi seluruh bangsa. Perpecahan ini akhirnya membuka jalan bagi penaklukan oleh kerajaan asing, dengan Kerajaan Israel utara dihancurkan oleh Asyur dan Kerajaan Yehuda kemudian ditaklukkan oleh Babel. Ayat ini, meskipun singkat, menyimpan kisah peringatan yang kaya makna tentang akibat dari kesombongan dan penolakan terhadap suara rakyat.