1 Raja-raja 12:20

Dan ketika seluruh orang Israel mendengar bahwa Yerobeam telah kembali, mereka menyuruh memanggil dia, dan membawanya menghadap seluruh jemaah, lalu mereka menjadikan dia raja atas seluruh Israel. Tidak ada seorang pun yang mengikuti keturunan Daud, selain hanya suku Yehuda saja.

Suku Yehuda Suku Israel Lainnya Yehuda Israel Lainnya Sebuah Perpecahan Besar

Ayat 1 Raja-raja 12:20 menandai momen krusial dalam sejarah bangsa Israel, sebuah titik balik yang memecah belah kerajaan yang tadinya bersatu. Setelah kematian Salomo, putranya Rehabeam bertindak dengan bijaksana, namun responnya terhadap keluhan rakyat, terutama mengenai beban kerja dan pajak yang berat, ternyata memicu pemberontakan yang dahsyat. Yerobeam, seorang tokoh yang sebelumnya melarikan diri karena ancaman Salomo, kini kembali dan memimpin sepuluh suku utara dalam tuntutan mereka.

Reaksi Rehabeam yang keras dan arogan, yang didukung oleh para penasihat mudanya, menjadi pemicu utama perpecahan ini. Ia mengabaikan nasihat bijak para tetua yang menyarankan untuk mendengarkan rakyat. Akibatnya, seruan persatuan yang diwakili oleh keturunan Daud hanya tersisa di suku Yehuda. Sisa Israel, yang merasa tidak diwakili dan ditindas, segera memproklamirkan Yerobeam sebagai raja mereka.

Peristiwa ini bukan hanya sekadar pergantian kekuasaan, tetapi sebuah luka mendalam yang mengoyak identitas nasional Israel. Timbul dua kerajaan yang terpisah: Kerajaan Yehuda di selatan, yang tetap setia pada garis keturunan Daud dan berpusat di Yerusalem, dan Kerajaan Israel di utara, yang dipimpin oleh Yerobeam. Pemisahan ini membawa konsekuensi teologis dan politis yang panjang. Yerobeam, dalam usahanya untuk mencegah rakyatnya kembali ke Yerusalem dan tunduk pada Rehabeam, mendirikan tempat ibadah baru di Betel dan Dan, lengkap dengan patung anak lembu emas. Ini merupakan pelanggaran terhadap hukum Tuhan dan menjadi awal dari penyembahan berhala yang meluas di kerajaan utara.

Ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya kepemimpinan yang bijaksana, empati, dan kemampuan untuk mendengarkan aspirasi rakyat. Kesombongan, keangkuhan, dan kegagalan untuk memahami kebutuhan serta penderitaan orang-orang yang dipimpin dapat berakibat fatal, menyebabkan perpecahan yang dalam dan luka yang sulit disembuhkan. Perpecahan kerajaan Israel menjadi pengingat abadi akan konsekuensi dari keputusan yang gegabah dan hilangnya persatuan akibat ketidakadilan. Meskipun terpecah, harapan akan penebusan dan pemulihan tetap ada dalam nubuat-nubuat para nabi, yang menantikan datangnya Raja yang sejati yang akan menyatukan kembali umat Tuhan.