1 Raja-Raja 12:23 - Pesan Penting dari Allah

"Dan terjadilah, setelah Salomo selesai mendirikan Bait TUHAN dan istana raja, dan segala yang dikehendaki hatinya, bahwa kedua kali, sesudah habis dua puluh tahun, dari masa dia mendirikan dua benteng itu di Yerusalem." (Perlu dicatat: Ayat 1 Raja-Raja 12:23 membahas Firman Allah kepada Yerobeam. Ayat yang Anda berikan sebelumnya, 1 Raja-Raja 12:23, adalah konteks yang berbeda. Saya akan fokus pada konteks yang sebenarnya dari ayat yang Anda sebutkan)
Pesan Ilahi Perpecahan Peringatan
Ilustrasi visual pesan ilahi dan konsekuensinya.

Kisah dalam Kitab 1 Raja-Raja pasal 12 mencatat momen krusial dalam sejarah Israel kuno: perpecahan kerajaan setelah kematian Raja Salomo. Putra Salomo, Rehabeam, menggantikan takhta, namun kebijakannya yang keras dan penolakannya terhadap tuntutan rakyat yang adil memicu pemberontakan. Sepuluh suku utara memisahkan diri, membentuk Kerajaan Israel Utara, sementara suku Yehuda dan Benyamin membentuk Kerajaan Yehuda di selatan.

Ayat 1 Raja-Raja 12:23 secara spesifik merekam intervensi ilahi dalam situasi yang genting ini. Firman Tuhan datang kepada Semaya, seorang nabi, memerintahkannya untuk menyampaikan pesan penting kepada Rehabeam, raja Yehuda, serta kepada semua orang Yehuda dan Benyamin. Pesan ini adalah peringatan keras: "Janganlah kamu pergi berperang melawan saudara-saudaramu, orang Israel. Pulanglah, masing-masing ke rumahnya, sebab Akulah yang telah memulakan hal ini."

Perintah ini sangat signifikan. Ini menunjukkan bahwa perpecahan kerajaan bukanlah sekadar hasil dari kesalahan politik atau ambisi manusia semata, melainkan sesuatu yang, dalam perspektif ilahi, memiliki tujuan atau izin dari Allah. Allah mengingatkan bahwa tindakan pemberontakan suku utara berasal dari-Nya. Ini bukan berarti Allah menyukai dosa atau ketidakadilan, tetapi bahwa Ia dapat menggunakan peristiwa-peristiwa manusia, bahkan yang negatif, untuk melaksanakan rencana-Nya yang lebih besar.

Implikasi dari firman ini sangatlah mendalam. Rehabeam dan pasukannya diperintahkan untuk tidak berperang melawan suku-suku utara. Jika mereka mematuhi, mereka akan mencegah pertumpahan darah lebih lanjut antara saudara sebangsa. Perintah ini juga merupakan ujian iman bagi Rehabeam dan rakyatnya. Mampukah mereka menyerahkan keinginan mereka untuk membalas dendam atau menegakkan kekuasaan mereka demi ketaatan kepada firman Tuhan?

Kisah ini menawarkan pelajaran abadi tentang kedaulatan Allah dan bagaimana Ia bekerja dalam sejarah manusia. Meskipun manusia membuat keputusan dan tindakan yang berdosa, Allah tetap berkuasa dan dapat mengarahkan segala sesuatu untuk tujuan-Nya. Perintah agar tidak berperang juga menekankan pentingnya menjaga persatuan, bahkan ketika dihadapkan pada perpecahan. Namun, dalam konteks ini, persatuan tersebut haruslah tunduk pada kehendak dan firman Allah.

Pada akhirnya, firman Tuhan yang disampaikan melalui nabi Semaya dalam 1 Raja-Raja 12:23 menjadi tonggak penting yang membedakan kedua kerajaan yang terpisah. Ini adalah pengingat bahwa setiap tindakan, terutama yang berkaitan dengan konflik dan perpecahan, harus dinilai dan dihadapi dengan kebijaksanaan ilahi, mendengarkan suara Tuhan yang seringkali berbicara melalui para hamba-Nya dan Firman-Nya.