Kesetiaan dan Ambisi Yerobeam
Ayat 1 Raja-Raja 12:26 menghadirkan sebuah momen krusial dalam sejarah Israel. Setelah perpecahan kerajaan yang disebabkan oleh penolakan Rehoboam terhadap tuntutan rakyat, Yerobeam menjadi raja atas sepuluh suku utara. Di tengah kekuasaannya yang baru, ia diliputi oleh keraguan dan ketakutan yang mendalam. Perkataan dalam hatinya ini bukanlah sekadar ungkapan kecemasan biasa, melainkan refleksi dari ambisi politik dan strategi yang ia rancang untuk mengukuhkan posisinya.
Inti dari kekhawatiran Yerobeam adalah kesadarannya bahwa pusat keagamaan bangsa Israel terletak di Yerusalem. Di sana berdiri Bait Allah yang didirikan oleh Salomo, tempat di mana umat Israel diwajibkan untuk beribadah dan mempersembahkan korban. Yerusalem adalah simbol kesatuan dan identitas Israel. Dengan membiarkan rakyatnya terus beribadah di Yerusalem, Yerobeam menyadari bahwa ikatan mereka dengan kota suci tersebut, dan pada akhirnya dengan raja di sana, Rehoboam, akan semakin kuat. Ini berarti bahwa kesetiaan rakyatnya kepadanya sebagai raja utara bisa saja terkikis, dan mereka mungkin akan memilih untuk kembali bergabung dengan kerajaan Yehuda di selatan.
Ketakutan akan kehilangan kekuasaan mendorong Yerobeam untuk mengambil langkah drastis. Ia berargumen dalam hatinya, "Jika bangsa ini pergi untuk mempersembahkan korban di rumah TUHAN di Yerusalem, maka hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, Rehoboam, raja Yehuda, dan mereka akan membunuh aku, lalu kembali kepada Rehoboam, raja Yehuda." Argumen ini menunjukkan betapa ia merasa terancam oleh eksistensi Bait Allah dan tradisi ibadah di Yerusalem. Baginya, ini bukan hanya masalah keagamaan, tetapi juga perebutan pengaruh politik yang hidup mati.
Untuk mengatasi ancaman ini, Yerobeam melakukan apa yang dianggapnya sebagai "solusi" cerdik. Ia tidak bisa menghapus Bait Allah, namun ia bisa mengalihkan fokus ibadah dari Yerusalem. Ia kemudian mendirikan dua tempat ibadah baru: satu di Betel dan satu lagi di Dan. Di kedua tempat ini, ia menempatkan patung anak lembu emas. Ia juga menetapkan hari raya baru dan mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat biasa, bukan dari kaum Lewi yang secara tradisi bertanggung jawab atas ibadah di Bait Allah. Tindakan ini merupakan penyimpangan serius dari ajaran Taurat dan merupakan bentuk penyembahan berhala yang dikutuk oleh Tuhan.
Perbuatan Yerobeam ini merupakan contoh klasik bagaimana ambisi pribadi dan ketakutan dapat mendorong seseorang untuk mengambil keputusan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan dan merusak tatanan rohani serta sosial. Ia memprioritaskan kekuasaannya di atas kesetiaan kepada Allah dan ketaatan pada firman-Nya. Konsekuensi dari langkah ini sangat berat, tidak hanya bagi Yerobeam dan kerajaannya yang terpecah, tetapi juga bagi seluruh umat Israel di utara, yang kemudian terjerumus dalam penyembahan berhala dan menjauh dari hubungan yang benar dengan Tuhan. Ayat ini menjadi pengingat penting tentang bahaya ambisi yang tidak terkendali dan pentingnya integritas dalam kepemimpinan, baik secara politik maupun rohani.
Simbolis: Takhta yang terancam oleh keraguan