Dan ia mendirikan yang satu di Betel dan yang lain dipampangnya di Dan.
Ayat Alkitab 1 Raja-Raja 12:29 mencatat sebuah tindakan yang sangat signifikan dalam sejarah Israel kuno, yaitu pendirian dua patung anak lembu emas oleh Raja Yerobeam. Peristiwa ini terjadi setelah kerajaan Israel terpecah menjadi dua: Kerajaan Israel di utara (sepuluh suku) dan Kerajaan Yehuda di selatan (dua suku). Yerobeam mendirikan patung-patung ini di Betel dan Dan, yang merupakan pusat-pusat penting di wilayah kerajaannya. Tindakan ini bukan sekadar pembangunan monumen, melainkan sebuah keputusan teologis yang memiliki dampak luas terhadap keyakinan dan praktik keagamaan umat Israel.
Motivasi utama Yerobeam di balik pendirian patung-patung ini adalah untuk mencegah umatnya pergi ke Yerusalem, kota yang menjadi ibu kota Kerajaan Yehuda. Pada saat itu, seluruh umat Israel diwajibkan untuk beribadah di Bait Suci di Yerusalem, tempat di mana Allah berdiam secara khusus. Dengan adanya patung anak lembu emas, Yerobeam berharap dapat menciptakan pusat ibadah alternatif yang lebih mudah dijangkau oleh penduduk kerajaannya. Ia ingin mengarahkan kesetiaan politik dan keagamaan rakyatnya kepadanya, dan menjauhkan mereka dari pengaruh Raja Rehoboam dan Bait Suci di Yerusalem.
Namun, tindakan Yerobeam ini jelas bertentangan dengan perintah Allah yang tegas. Sepanjang Perjanjian Lama, Allah berulang kali memperingatkan umat-Nya untuk tidak membuat patung atau gambar untuk disembah. Perintah kesepuluh dari Sepuluh Perintah Allah secara eksplisit menyatakan, "Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau di bumi di bawah, atau di air di bawah bumi. Jangan sujud kepadanya atau berbakti kepadanya..." (Keluaran 20:4-5). Patung anak lembu emas merupakan bentuk penyembahan berhala yang merupakan pelanggaran serius terhadap perjanjian antara Allah dan umat-Nya.
Dalam ayat 1 Raja-Raja 12:29, kita melihat bagaimana umat secara langsung dihadapkan pada pilihan untuk mengikuti perintah Allah yang mengarah ke Yerusalem, atau mengikuti arahan raja mereka yang mendirikan ilah-ilah buatan di tempat yang mudah dijangkau. Yerobeam berupaya membuat konsep ilahi menjadi lebih mudah dikelola, lebih terlihat, dan lebih "ramah" bagi rakyatnya. Ia ingin menggantikan representasi Allah yang tak terlihat dan transenden dengan sesuatu yang bisa mereka lihat dan pegang. Sayangnya, umat pada waktu itu banyak yang terbawa arus dan memilih untuk beribadah kepada kurban yang dibuat, bahkan mengaitkannya dengan pengorbanan yang seharusnya dipersembahkan kepada Allah yang benar. Ini menunjukkan betapa mudahnya manusia berpaling dari kebenaran ilahi demi kenyamanan atau pengaruh duniawi.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita hingga kini. Dalam kehidupan modern, kita mungkin tidak mendirikan patung anak lembu emas secara fisik, namun godaan untuk menyembah ilah-ilah buatan tetap ada. Kita bisa saja mengabdikan diri pada kekayaan materi, kekuasaan, popularitas, atau bahkan ideologi yang menggantikan posisi Allah dalam hati kita. Sama seperti umat Israel pada masa Yerobeam, kita juga bisa tergoda untuk menciptakan "Allah" yang sesuai dengan keinginan dan kenyamanan kita, daripada menerima Allah yang sejati sesuai dengan Firman-Nya. Penting bagi kita untuk senantiasa memeriksa hati kita, memastikan bahwa iman kita berpusat pada Allah yang benar dan tidak menyembah ilah-ilah buatan yang hanya memberikan kepuasan semu dan menyesatkan. Kesetiaan kepada Allah yang sejati, sekalipun terkadang memerlukan pengorbanan dan disiplin, adalah jalan menuju kehidupan rohani yang kokoh dan berbuah.