Ayat dari Kitab 1 Raja-Raja pasal 12 ayat 32 ini menggambarkan salah satu tindakan Yerobeam bin Nebat setelah memisahkan Kerajaan Israel Utara dari Kerajaan Yehuda. Perpecahan ini terjadi setelah kematian Salomo, dan Yerobeam menjadi raja di sepuluh suku utara. Dalam upaya untuk mengonsolidasikan kekuasaannya dan mencegah rakyatnya kembali ke Yerusalem untuk beribadah di Bait Allah yang berada di wilayah Yehuda, Yerobeam mengambil langkah-langkah signifikan.
Salah satu tindakan paling kontroversial adalah penetapan hari raya baru dan pembangunan pusat ibadah alternatif di Betel dan Dan. Ayat ini secara spesifik menyebutkan penetapan hari raya yang menyerupai hari raya di Yehuda, yaitu pada bulan kelima belas tanggal lima belas. Kemungkinan besar, ini adalah upaya untuk meniru Hari Raya Pondok Daun (Sukkot), salah satu hari raya besar dalam tradisi Yahudi. Dengan membuat hari raya yang mirip, Yerobeam berharap dapat menarik kesetiaan rakyat utara dan mengalihkan perhatian mereka dari ibadah di Yerusalem.
Namun, langkah Yerobeam ini tidak berhenti pada penetapan hari raya. Ia juga memerintahkan pembangunan mezbah-mezbah dan menempatkan patung lembu jantan emas di Betel dan Dan sebagai objek penyembahan. Tindakan ini merupakan penyimpangan besar dari hukum Taurat yang melarang pembuatan patung berhala dan penyembahan selain kepada TUHAN yang Esa. Para imam yang ditunjuknya pun bukan berasal dari keturunan Lewi yang sah, melainkan diambil dari "setiap orang" yang mau mempersembahkan diri, yang jelas melanggar tatanan keimaman yang ditetapkan.
Peristiwa ini menjadi titik balik penting dalam sejarah Israel. Tindakan Yerobeam dianggap sebagai "dosa Yerobeam" yang terus diulang oleh raja-raja Israel selanjutnya, dan menjadi akar dari kemerosotan spiritual dan moral kerajaan utara yang pada akhirnya berujung pada pembuangan oleh Asiria. Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya ketaatan pada firman Tuhan, menjaga kemurnian ibadah, dan bahaya dari kompromi serta upaya mengganti kebenaran Tuhan dengan tradisi manusia demi keuntungan politik atau pribadi.
Meskipun Yerobeam bermaksud baik dalam konteks politik untuk memperkuat kerajaannya, caranya adalah jalan yang salah. Alih-alih membawa kemakmuran, tindakan tersebut justru membawa kehancuran rohani. Sejarah Israel mengajarkan bahwa kesetiaan kepada Tuhan dan ketaatan pada hukum-Nya adalah fondasi sejati dari keberlangsungan suatu bangsa, bukan sekadar strategi politik atau pemujaan berhala yang dibuat-buat.