1 Raja-Raja 12:33

"Dan Yerobeam menetapkan hari raya pada bulan kelima belas, pada hari kelima belas bulan itu, seperti hari raya di Yehuda, dan ia mempersembahkan korban di atas mezbah. Demikianlah ia melakukannya di Betel untuk mempersembahkan korban kepada kebo-kebo yang telah dibuatnya. Ia mendirikan di Betel imam-imam untuk bukit-bukit pengorbanan itu."

Simbol Keagamaan dan Arsitektur Kuno

Kisah tentang Kerajaan Israel terpecah belah pasca pemerintahan Salomo adalah sebuah narasi yang kaya akan pelajaran rohani dan sejarah. 1 Raja-Raja 12:33 menggarisbawahi salah satu tindakan signifikan yang diambil oleh Raja Yerobeam, raja pertama dari Kerajaan Utara (Israel), setelah memisahkan diri dari Kerajaan Yehuda. Tindakan ini, meskipun mungkin tampak sebagai langkah politik untuk memperkuat kekuasaannya, memiliki implikasi teologis yang mendalam dan membawa bangsa Israel ke dalam penyimpangan ibadah.

Pasca kematian Salomo, terjadi perpecahan yang tajam dalam kerajaan. Rehoboam, putra Salomo, mengambil sikap yang keras terhadap tuntutan bangsa untuk mengurangi beban kerja. Akibatnya, sepuluh suku dari utara memilih Yerobeam sebagai raja mereka, sementara suku Yehuda dan Benyamin tetap setia kepada Rehoboam di selatan. Peristiwa ini menandai lahirnya dua kerajaan: Kerajaan Israel di utara dan Kerajaan Yehuda di selatan.

Yerobeam, yang kini berkuasa atas Kerajaan Utara, menghadapi tantangan besar. Bangsa Israel memiliki tradisi untuk beribadah di Yerusalem, yang kini berada di bawah kekuasaan Rehoboam. Agar bangsanya tidak kembali terikat dengan Yerusalem dan Yerobeam dapat mempertahankan kekuasaannya, ia mengambil keputusan drastis. Ia mendirikan tempat ibadah baru di Betel dan Dan, dua kota strategis di wilayahnya.

Ayat 1 Raja-Raja 12:33 secara spesifik menyebutkan bahwa Yerobeam menetapkan sebuah hari raya. Hari raya ini diadakan pada bulan kelima belas, pada tanggal kelima belas bulan itu, yang ia samakan dengan hari raya di Yehuda. Namun, yang paling mengkhawatirkan adalah cara peribadahan yang ia tetapkan. Alih-alih mengarahkan umat untuk beribadah kepada TUHAN sesuai dengan ketetapan-Nya, Yerobeam membuat patung anak lembu emas. Ia menetapkan mezbah-mezbah di Betel dan mendirikan imam-imam untuk melayani di bukit-bukit pengorbanan itu, yang sejatinya adalah praktik penyembahan berhala yang sangat dilarang oleh hukum Taurat TUHAN.

Tindakan Yerobeam ini adalah bentuk penolakan terang-terangan terhadap sistem ibadah yang ditetapkan oleh TUHAN. Ia menggeser fokus ibadah dari Yerusalem, rumah TUHAN, ke tempat-tempat buatan manusia dengan objek ibadah yang salah. Anak lembu emas adalah pengingat akan dosa bangsa Israel di masa lalu, saat mereka berada di padang gurun, namun kini Yerobeam kembali mengulanginya. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi Yerobeam lebih didorong oleh kekuasaan politik daripada ketaatan kepada TUHAN.

Akibat dari tindakan ini, Israel terjerumus dalam kemurtadan dan penyembahan berhala yang kronis. Sebagian besar raja-raja yang memerintah setelah Yerobeam terus melanjutkan dosa yang sama. Kitab Suci secara konsisten mencatat bahwa mereka "melakukan apa yang jahat di mata TUHAN" dan "tidak menjauh dari dosa-dosa Yerobeam bin Nebat". Ketaatan pada perintah ilahi seharusnya menjadi prioritas utama, namun Yerobeam memilih jalan yang mudah yang pada akhirnya membawa malapetaka bagi kerajaannya.

Pelajaran dari 1 Raja-Raja 12:33 sangat relevan bagi kita hari ini. Kita diingatkan akan pentingnya menjaga kemurnian ibadah kita kepada TUHAN. Ketaatan terhadap firman-Nya harus menjadi panduan utama dalam setiap aspek kehidupan kita, termasuk cara kita beribadah dan menghormati Dia. Godaan untuk mencari jalan pintas atau menyesuaikan kebenaran demi kenyamanan atau keuntungan duniawi seringkali mengintai. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh kisah Yerobeam, penyimpangan dari jalan TUHAN pada akhirnya akan membawa konsekuensi yang merusak.

Melalui ayat ini, kita diajak untuk merefleksikan kesetiaan kita kepada TUHAN. Apakah kita teguh dalam iman dan ibadah kita, ataukah kita cenderung mengikuti arus dunia yang menjauhkan kita dari kebenaran-Nya? Marilah kita belajar dari kesalahan masa lalu dan senantiasa mengarahkan hati dan hidup kita kepada Dia yang layak menerima segala hormat dan penyembahan yang sejati.