Kitab 1 Tawarikh dalam Alkitab mencatat sejarah umat Israel, khususnya mengenai garis keturunan, pemerintahan, dan ibadah mereka. Salah satu bagian yang menarik dan sering kali terlewatkan adalah pasal 27. Pasal ini menyajikan detail yang luar biasa tentang organisasi militer dan administrasi kerajaan di bawah pemerintahan Raja Daud. Pengaturan yang terperinci ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan cerminan dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat dipelajari dan diterapkan dalam konteks kehidupan modern, bahkan dalam komunitas spiritual kita.
Ayat pertama dari pasal 27 dengan tegas menyatakan, "Daftar anak-anak Israel, para kepala kaum keluarga, para kepala suku, para perwira seribu dan seratus, serta para pengawas yang mengepalai segala urusan pekerjaan, semuanya melayani raja, tiap-tiap orang menurut tugasnya." Pernyataan ini menekankan pentingnya struktur dan kejelasan peran. Daud, seorang pemimpin yang bijaksana, memahami bahwa sebuah kerajaan yang besar membutuhkan sistem yang terorganisir dengan baik agar dapat berfungsi secara efektif. Ada pembagian tugas yang jelas, dari tingkat tertinggi (kepala suku) hingga tingkat operasional (pengawas pekerjaan).
Lebih lanjut, pasal ini merinci pembagian militer menjadi dua belas kelompok, yang masing-masing bertugas selama satu bulan dalam setahun. Hal ini menunjukkan perencanaan yang matang dan distribusi beban kerja yang adil. Setiap kelompok dipimpin oleh seorang perwira yang bertanggung jawab. Ini bukan hanya tentang pertahanan fisik, tetapi juga tentang menjaga stabilitas dan ketertiban di seluruh wilayah kerajaan. Dalam konteks gereja atau komunitas, prinsip ini mengajarkan kita untuk mengenali dan memanfaatkan karunia-karunia yang berbeda dalam tubuh Kristus. Setiap orang memiliki peran unik yang, ketika dijalankan dengan baik, berkontribusi pada kesehatan dan pertumbuhan keseluruhan.
Poin penting lainnya yang dapat kita ambil adalah penekanan pada "melayani raja, tiap-tiap orang menurut tugasnya." Kata "melayani" di sini menunjukkan sifat pengabdian. Para pemimpin dan prajurit tidak hanya memegang posisi kekuasaan, tetapi mereka juga memiliki tanggung jawab untuk melayani. Dalam pandangan Kristiani, kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang melayani, meneladani Kristus sendiri yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Prinsip ini mengingatkan kita bahwa setiap posisi, baik besar maupun kecil, datang dengan tanggung jawab untuk berkontribusi secara positif.
Melihat organisasi yang luar biasa ini dari sudut pandang spiritual, kita dapat melihat gambaran tentang bagaimana gereja seharusnya beroperasi. Rasul Paulus dalam 1 Korintus 12 berbicara tentang tubuh Kristus sebagai satu kesatuan dengan banyak anggota, masing-masing memiliki fungsi yang berbeda namun saling melengkapi. 1 Tawarikh 27 memberikan gambaran nyata dari prinsip-prinsip organisasi yang memungkinkan Daud menjalankan kerajaannya dengan efektif. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya komitmen, disiplin, dan kolaborasi dalam menjalankan tugas-tugas yang dipercayakan kepada kita, baik dalam pekerjaan duniawi maupun dalam pelayanan kepada Tuhan. Dengan menerapkan hikmah ilahi ini, kita dapat membangun komunitas yang lebih kuat, terorganisir, dan berfungsi sesuai dengan kehendak Tuhan.