1 Raja-Raja 12:8 - Pemberontakan yang Memecah Kerajaan

Tetapi ia meninggalkan nasihat orang-orang tua itu, yang telah berunding dengan dia, lalu ia berbicara dengan orang-orang muda, yang sebaya dengannya, dan yang bertugas kepadanya.

Perpecahan Orang Tua Orang Muda

Analisis Ayat

Ayat 1 Raja-Raja 12:8 mencatat momen krusial dalam sejarah Israel, yaitu penolakan Raja Rehabeam terhadap nasihat bijak dari para tua-tua kerajaannya. Setelah kematian ayahnya, Salomo, Rehabeam naik takhta. Ia didatangi oleh seluruh Israel yang meminta agar beban kerja dan pajak yang berat dikurangi. Pertanyaan tentang bagaimana merespons permintaan rakyat ini menjadi ujian pertama bagi kepemimpinannya. Para tua-tua yang telah melayani ayahnya, Raja Salomo, memberikan nasihat yang penuh kearifan: bersikap baik, berbicara dengan lembut, dan memenuhi permintaan rakyat. Nasihat ini berakar pada pengalaman dan pemahaman mendalam tentang cara memerintah dengan adil dan menjaga kesatuan kerajaan.

Namun, Rehabeam, alih-alih mendengarkan para penasihat berpengalaman ini, memilih untuk berkonsultasi dengan teman-teman sebayanya yang tumbuh bersamanya dan yang menjabat sebagai pejabat di masanya. Ayat ini secara eksplisit menyatakan bahwa ia "meninggalkan nasihat orang-orang tua itu, yang telah berunding dengan dia, lalu ia berbicara dengan orang-orang muda, yang sebaya dengannya, dan yang bertugas kepadanya." Pilihan ini menunjukkan sebuah kelemahan fundamental dalam kepemimpinan Rehabeam: ketidakdewasaan, keangkuhan, dan kecenderungan untuk lebih mendengarkan suara-suara yang sejalan dengan keinginannya sendiri, bukan suara kebenaran atau kearifan.

Dampak Keputusan yang Salah

Dampak dari keputusan Rehabeam untuk mengabaikan nasihat orang tua dan mengikuti saran kaum muda sangatlah menghancurkan. Para kaum muda, yang kemungkinan besar memiliki pandangan yang lebih agresif dan kurang peduli terhadap kesejahteraan rakyat, menyarankan Rehabeam untuk menjawab rakyat dengan lebih keras, bahkan mengancam mereka. Nasihat ini bertentangan total dengan nasihat para tua-tua dan justru memperparah ketegangan yang sudah ada. Akibatnya, rakyat Israel, yang merasa tidak didengarkan dan diabaikan, memberontak. Sepuluh suku Israel memisahkan diri, membentuk kerajaan utara yang terpisah (Kerajaan Israel), sementara hanya suku Yehuda dan Benyamin yang tetap setia kepada Rehabeam di selatan (Kerajaan Yehuda).

Ayat ini menjadi pengingat yang kuat tentang pentingnya mendengarkan nasihat dari mereka yang berpengalaman dan bijaksana, terutama dalam pengambilan keputusan yang penting. Keputusan yang didasarkan pada keangkuhan, ketidakdewasaan, atau keinginan untuk menyenangkan sekelompok kecil orang yang memiliki pandangan serupa, seringkali berujung pada konsekuensi yang negatif dan merusak. Sejarah perpecahan Israel menjadi pelajaran abadi tentang bagaimana kegagalan dalam mendengarkan kearifan dapat memecah belah bahkan entitas yang paling kuat sekalipun. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kerendahan hati untuk belajar, keterbukaan untuk mendengarkan, dan kebijaksanaan untuk membedakan nasihat yang baik dari yang buruk.