Ayat 1 Raja-raja 17:5 membuka jendela ke dalam kisah dramatis tentang bagaimana Allah bekerja melalui hamba-Nya, Nabi Elia, bahkan di saat-saat yang paling suram. Di tengah kekeringan yang melanda negeri Israel, dan ketika Tuhan memerintahkan Elia untuk pergi ke sebuah tempat yang asing dan jauh, munculah satu momen yang penuh makna. Lokasi yang dituju adalah kota Sarfat, sebuah kota di Sidon, yang dikenal sebagai wilayah bangsa asing. Di sinilah, di bawah pimpinan ilahi, Elia akan menemukan pertolongan yang tak terduga dari seorang wanita yang juga sedang menghadapi masa sulitnya sendiri.
Perintah Tuhan kepada Elia sangatlah spesifik: "Pergilah ke Sarfat, yang termasuk wilayah Sidon, dan tinggallah di sana. Aku telah memerintahkan seorang janda di sana untuk memberi engkau makan." Perintah ini terdengar seperti sebuah paradoks. Mengapa Tuhan mengirim Elia ke negeri asing, bukan ke negerinya sendiri? Mengapa sumber pertolongan adalah seorang janda, yang secara sosial dan ekonomi seringkali berada dalam posisi paling rentan? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini terungkap dalam tindakan selanjutnya.
Ketaatan yang Berbuah Berkat
Nabi Elia, meskipun mungkin diliputi keraguan atau kelelahan, menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada firman Tuhan. Ia tidak mempertanyakan, tidak menunda, melainkan segera melaksanakan perintah tersebut. Ketaatannya ini adalah kunci. Tanpa ketaatannya, peristiwa selanjutnya tidak akan terjadi. Ini mengajarkan kita bahwa terkadang, jalan yang Tuhan tunjukkan mungkin tidak masuk akal bagi pemikiran manusia, namun di sanalah berkat tersembunyi.
Ketika Elia tiba di Sarfat, ia mendapati seorang janda yang sedang sibuk memulung kayu api. Ini adalah gambaran yang kuat tentang kemiskinan dan kesusahan. Kayu api adalah kebutuhan pokok untuk memasak dan bertahan hidup. Dalam konteks kelangkaan, bahkan memulung kayu api pun adalah perjuangan yang berat. Elia menghampirinya dan dengan tegas meminta sedikit air untuk diminum. Permintaan sederhana ini menjadi awal dari sebuah interaksi yang akan mengubah kehidupan kedua orang tersebut, dan lebih luas lagi, kehidupan banyak orang.
Tindakan Elia meminta air dari seorang janda di negeri asing, yang juga sedang dalam kesusahan, menunjukkan bahwa Tuhan peduli pada kebutuhan dasar setiap individu, tidak peduli latar belakang mereka. Ini adalah pengingat bahwa bahkan dalam masa kelaparan dan kesulitan, ada harapan dan pertolongan yang bisa datang dari sumber yang paling tidak terduga. Ayat ini bukan hanya tentang Elia, tetapi juga tentang janda tersebut, yang imannya akan diuji dan dikuatkan.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan, baik bagi mereka yang menerima perintah maupun mereka yang diminta untuk memberi. Ini adalah tentang iman yang berani melangkah, percaya bahwa di balik kesulitan, ada rencana Tuhan yang lebih besar. Pertolongan Allah seringkali datang melalui orang lain, dan di situlah kita diajak untuk berperan serta, walaupun mungkin kita sendiri sedang dalam kondisi yang terbatas.