Ayat 1 Raja-Raja 18:36 merupakan puncak dari sebuah peristiwa dramatis yang tercatat dalam Alkitab. Pada masa itu, Israel sedang dilanda kekeringan parah akibat dosa penyembahan berhala yang merajalela. Nabi Elia, seorang hamba Tuhan yang setia, dihadapkan pada tantangan besar: membuktikan kebenaran Tuhan di hadapan raja Ahab, para nabi Baal, dan seluruh bangsa Israel di Gunung Karmel.
Elia telah menantang 450 nabi Baal untuk berdoa kepada dewa mereka agar mengirim api untuk membakar korban persembahan. Namun, berjam-jam lamanya mereka berseru, memotong diri, bahkan hingga sore hari, tidak ada jawaban. Di sinilah Elia mengambil alih. Ia telah menyiapkan mezbah TUHAN yang rusak, menempatkan korban persembahan, dan bahkan meminta agar korban itu disiram air hingga tiga kali, untuk menghilangkan keraguan sedikit pun bahwa ini adalah pekerjaan manusia.
Doa Elia yang tercatat dalam ayat ini sangat singkat namun sarat makna. Ia tidak berdoa dengan kata-kata yang panjang lebar atau retorika yang memukau, melainkan dengan kerendahan hati dan kepastian iman. Ia memanggil Tuhan dengan menyebut nama-Nya yang dikenal oleh nenek moyang Israel: "Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel." Ini menunjukkan pengenalan akan perjanjian Tuhan yang kekal.
Tujuan utama doanya jelas: "pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di antara orang Israel." Elia tidak mencari kemuliaan untuk dirinya sendiri, melainkan kemuliaan bagi Tuhan. Ia ingin seluruh bangsa menyaksikan bahwa hanya Tuhan yang adalah Allah sejati, dan bahwa dirinya hanyalah "hamba-Mu" yang melakukan "atas titah-Mu." Ini adalah pengakuan total akan kedaulatan dan otoritas Tuhan.
Kisah Elia dan doanya di Gunung Karmel bukan hanya sekadar catatan sejarah masa lalu. Ayat 1 Raja-Raja 18:36 mengingatkan kita akan pentingnya memiliki iman yang teguh dan doa yang tulus kepada Tuhan. Di tengah tantangan hidup, keraguan, atau bahkan ketika dunia tampaknya lebih mengagungkan hal-hal lain, kita dipanggil untuk kembali kepada Tuhan. Doa Elia adalah teladan bagaimana kita dapat mendekati Tuhan dengan keyakinan bahwa Dia mendengar, berkuasa, dan akan bertindak sesuai kehendak-Nya, demi kemuliaan nama-Nya.
Peristiwa ini juga menekankan bahwa kuasa ilahi tidak bergantung pada kekuatan manusia, melainkan pada kesetiaan dan kuasa Tuhan sendiri. Ketika kita berdoa, kita tidak memohon kepada kekuatan yang tidak kita kenal, melainkan kepada Allah yang sama yang telah menyatakan kuasa-Nya di masa lalu. Biarlah doa Elia ini menginspirasi kita untuk terus beriman dan berseru kepada Tuhan dalam segala keadaan.