Representasi visual klimaks dan tantangan di Gunung Karmel.
Ayat dari 1 Raja-Raja 18:8 ini menjadi saksi bisu dari momen krusial dalam sejarah Israel, yaitu pertempuran iman yang melegenda di Gunung Karmel. Pada masa pemerintahan Raja Ahab, Israel terjerumus dalam penyembahan berhala yang parah, terutama kepada Baal, yang dipromosikan oleh Ratu Izebel. Kemurtadan ini menyebabkan kekeringan dahsyat yang melanda negeri selama bertahun-tahun, sebuah tanda yang jelas dari ketidaksetujuan Tuhan atas penyembahan berhala tersebut.
Dalam situasi yang penuh keputusasaan ini, muncullah Nabi Elia, seorang hamba Tuhan yang setia dan berani. Elia diutus oleh Tuhan untuk menantang 450 nabi Baal dan 400 nabi Asyera yang dihidupi oleh Izebel. Tantangan ini bukan sekadar adu kekuatan spiritual, melainkan sebuah pembuktian yang akan menentukan nasib seluruh bangsa Israel: apakah mereka akan tetap berpaling kepada ilah-ilah palsu, atau kembali menyembah satu-satunya Allah yang benar.
Gunung Karmel dipilih sebagai lokasi untuk konfrontasi ini. Tempat ini memiliki makna spiritual yang mendalam, sering dikaitkan dengan persembahan dan kehadiran Tuhan. Elia, dengan keberanian yang luar biasa, mengundang seluruh umat Israel untuk berkumpul di sana. Pertandingan ini sangatlah dramatis. Kedua belah pihak diminta untuk menyiapkan korban persembahan, dan nabi-nabi Baal akan berdoa kepada dewa mereka, sementara Elia akan berdoa kepada Tuhan.
Nabi-nabi Baal melakukan ritual mereka sepanjang hari, berteriak, menari, bahkan melukai diri sendiri, namun tidak ada jawaban dari ilah mereka. Semakin lama semakin terlihat keputusasaan mereka. Ketika sore menjelang, tibalah giliran Elia. Ia membangun mezbah Tuhan yang telah runtuh, menyusun kayu bakar, memotong sapi, dan meletakkan semuanya di atas mezbah. Kemudian, ia meminta agar mezbah itu disiram air berulang kali, bahkan hingga parit di sekelilingnya penuh air. Tujuannya adalah untuk menghilangkan segala keraguan dan menunjukkan bahwa api yang akan turun adalah murni dari Tuhan, bukan karena trik manusia.
Doa Elia sangat singkat namun penuh kuasa: "Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di Israel dan akulah hamba-Mu, dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, dan Engkaulah yang telah membuat hati mereka berbalik kembali."
Respon Tuhan datang dengan dahsyat. Api turun dari langit dan melalap habis korban, kayu bakar, batu, debu, bahkan air yang ada di parit. Peristiwa ini menjadi bukti yang tak terbantahkan akan kekuasaan Tuhan yang Maha Esa. Umat Israel yang menyaksikan keajaiban ini tersungkur dan mengakui, "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!" Mereka akhirnya meninggalkan penyembahan berhala dan kembali tunduk kepada Allah yang benar.
1 Raja-Raja 18:8, meskipun singkat, memberikan gambaran tentang bagaimana Tuhan bekerja melalui hamba-Nya untuk membawa kebenaran dan pemulihan. Ini adalah pengingat bahwa di tengah kegelapan dan kebingungan, kesetiaan kepada Tuhan akan selalu menemukan jalannya untuk bersinar, membuktikan bahwa hanya Dia yang adalah Allah yang sesungguhnya.