Kisah yang tercatat dalam Kitab 1 Raja-Raja pasal 2 ayat 16, meskipun singkat, menyimpan makna yang mendalam tentang kekuasaan, kesetiaan, dan konsekuensi dari sebuah permintaan. Peristiwa ini terjadi pada momen krusial dalam sejarah Israel, yaitu saat Raja Daud yang sudah tua renta, sedang menghadapi akhir hayatnya. Ia memanggil putranya, Salomo, yang akan menggantikannya sebagai raja, untuk memberikan nasihat terakhir dan pesan-pesan penting.
Di tengah percakapan serius mengenai bagaimana memerintah dengan bijak dan menjaga kerajaan, muncullah permintaan dari Adonia, saudara Salomo. Adonia, yang sebelumnya pernah mencoba merebut takhta, datang kepada Salomo. Ia memanfaatkan momen kebaikan dan kepemimpinan baru Salomo, dengan mengajukan permohonan yang tampaknya sederhana: agar Salomo mengizinkannya menikahi Abisag, seorang gadis Sunem yang melayani Daud di masa tuanya. Bagi banyak orang, ini mungkin terlihat seperti permintaan yang tidak berbahaya, sebuah upaya untuk memperbaiki hubungan atau sekadar melanjutkan hidup. Namun, dalam konteks budaya dan politik Israel kuno, permintaan ini memiliki implikasi yang sangat besar.
Di dalam budaya kerajaan Israel, menguasai selir raja yang telah meninggal adalah simbol yang kuat dari klaim atas takhta. Ini seperti mengambil atribut kekuasaan raja sebelumnya. Adonia, meskipun berstatus saudara tiri Salomo, pernah memiliki ambisi yang sama. Dengan meminta Abisag, ia secara implisit menunjukkan bahwa ia masih melihat dirinya sebagai pesaing takhta, atau setidaknya berusaha untuk mengklaim otoritas yang mendekati otoritas raja.
Salomo, yang baru saja dinobatkan dan dihadapkan pada banyak tantangan internal, memahami implikasi permintaan ini dengan sangat baik. Ia menyadari bahwa mengabulkan permohonan Adonia akan menjadi sinyal kekacauan dan potensi pemberontakan. Hal ini bisa membahayakan stabilitas kerajaan yang baru saja ia warisi dari ayahnya. Nasihat terakhir Daud kepada Salomo adalah untuk bertindak tegas terhadap mereka yang dianggap berbahaya bagi stabilitas kerajaan. Dalam hal ini, Adonia telah menunjukkan dirinya sebagai ancaman.
Akhirnya, Salomo tidak mengabulkan permintaan Adonia dengan cara yang diharapkan Adonia. Alih-alih memberikan Abisag, Salomo memerintahkan agar Adonia dihukum mati. Ini adalah tindakan yang tegas, yang menunjukkan kepada seluruh kerajaan bahwa Salomo serius dalam menjaga kedamaian dan ketertiban. Peristiwa ini mengajarkan kita bahwa dalam situasi kekuasaan, permintaan yang tampaknya sepele bisa memiliki konsekuensi yang sangat besar. Pengertian yang mendalam tentang norma, budaya, dan dinamika politik sangat penting untuk mengambil keputusan yang tepat. Ini adalah pelajaran tentang pentingnya kebijaksanaan dalam menghadapi ambisi dan permainan kekuasaan, sebuah kisah yang tetap relevan hingga kini.