1 Raja 2:17

1 Raja-raja 2:17 - Janji Daud Terpenuhi

"Jika ia berkata: Berilah akuOVERRIDES{syb}hanya{/syb} Abisag, perempuan Sunem itu, isteri ayahmu, maka ia berkata demikian kepada raja, bahwa ia akan meminta dia menjadi isterinya. Dan raja Salomo tidak dapat menolak permintaanmu."

Ayat 1 Raja-raja 2:17 adalah sebuah kalimat yang mungkin tampak sederhana, namun sarat dengan makna dan implikasi yang mendalam dalam narasi Alkitab. Ayat ini menjadi penanda krusial dalam transisi kekuasaan dari Raja Daud kepada putranya, Salomo, dan bagaimana janji-janji serta hubungan keluarga memainkan peran penting dalam peristiwa tersebut. Pada intinya, ayat ini mencatat permintaan Adonia, saudara Salomo, yang berusaha memanfaatkan posisinya untuk mengajukan permintaan kepada Salomo.

Permintaan Adonia, sebagaimana diungkapkan dalam ayat ini, adalah untuk memiliki Abisag, perempuan Sunem yang pernah melayani Raja Daud di masa tuanya. Dalam konteks budaya Ibrani kuno, memiliki gundik atau istri dari raja yang telah meninggal seringkali diartikan sebagai klaim atas takhta atau setidaknya sebagai indikasi kedekatan dan penerusan otoritas. Tindakan ini oleh Adonia bukan sekadar permintaan biasa; ini adalah langkah politik yang berani, sebuah upaya terselubung untuk menegaskan kembali klaimnya atas takhta yang seharusnya menjadi hak Salomo.

Raja Daud sendiri, sebelum kematiannya, telah menetapkan Salomo sebagai penggantinya. Namun, Adonia, putra Daud yang lain, pernah mencoba merebut takhta sebelumnya, yang berhasil digagalkan oleh strategi Batsyeba dan Nabi Natan. Meskipun gagal, ambisi Adonia tidak padam. Di sini, ia kembali mencoba peruntungannya, kali ini melalui permintaan yang dibungkus dengan kesopanan, seolah-olah hanya sekadar meminta kenangan terakhir dari masa pemerintahan ayahnya.

Ayat ini juga secara eksplisit menyatakan bahwa Raja Salomo tidak dapat menolak permintaan Adonia. Pernyataan ini bisa diinterpretasikan dalam beberapa cara. Bisa jadi Salomo terikat oleh sumpah atau janji yang dibuat oleh Daud sendiri, yang mengharuskan Salomo untuk memenuhi permintaan semacam itu, asalkan permintaan itu diajukan dengan cara yang benar dan kepada orang yang tepat. Atau, ini bisa mencerminkan kehati-hatian Salomo dalam menghadapi potensi konflik internal di awal pemerintahannya. Mengingat sejarah persaingan tahta, Salomo mungkin memilih untuk meredam potensi pemberontakan Adonia dengan cara yang tampaknya murah hati, meskipun berbahaya.

Keberhasilan Adonia dalam membuat permintaan ini, dan potensi kepatuhan Salomo, menyoroti kerapuhan stabilitas politik bahkan setelah penobatan resmi. Ini juga menunjukkan bagaimana symbolisme dan tradisi memainkan peran penting dalam legitimasi kekuasaan. Abisag, yang melayani Daud di akhir hayatnya, mewakili warisan dan otoritas Daud. Adonia menggunakan simbol ini untuk mencoba meraih keuntungan politiknya sendiri.

Pada akhirnya, ayat ini menjadi prelude bagi keputusan Salomo selanjutnya. Salomo, yang dikenal karena kebijaksanaannya, tidak akan membiarkan potensi ancaman terhadap pemerintahannya berlarut-larut. Penolakan permintaan Adonia, meskipun secara tidak langsung melalui penafsirannya atas implikasi yang lebih luas dari permintaan itu, menunjukkan kejelian Salomo dalam membaca niat sebenarnya di balik kata-kata Adonia. Kejadian ini mengukuhkan kekuasaan Salomo dan menyingkirkan ancaman yang tersisa dari Adonia, memastikan masa depan kerajaannya.

Ilustrasi sederhana yang mewakili ayat Alkitab, menunjukkan nomor ayat dalam bentuk bergaya.

Simbolisme visual nomor ayat.