1 Raja-raja 22: Akha dan Zedekia, Peringatan dan Kejatuhan

"Dan raja Israel berkata kepada Yosafat: 'Aku akan menyamar, lalu masuk ke pertempuran; tetapi engkau, pakailah pakaian kebesaranmu.' Maka raja Israel menyamar, lalu masuk ke pertempuran." (1 Raja-raja 22:30)
Tentara Raja Medan Perang Ramot-Gilead Ilustrasi dua raja dalam pertempuran di Ramot-Gilead.

Kisah yang terukir dalam kitab 1 Raja-raja pasal 22 menceritakan sebuah episode penting dalam sejarah Kerajaan Israel dan Yehuda. Peristiwa ini berpusat pada keputusan Raja Akha dari Israel untuk berperang melawan Aram di Ramot-Gilead, sebuah kota yang dikuasai Aram tetapi merupakan bagian dari warisan Israel. Dalam upaya strategis ini, Akha meminta Raja Yosafat dari Yehuda untuk bergabung dalam pertempuran.

Yosafat, seorang raja yang dikenal taat kepada Tuhan, awalnya ragu. Namun, ia bersepakat untuk membantu Akha, dengan syarat agar Akha terlebih dahulu meminta petunjuk dari nabi-nabi. Akha mengumpulkan sekitar empat ratus nabi, yang semuanya memberikan ramalan positif, menjanjikan kemenangan atas Aram. Namun, nabi Mikha bin Yimla, yang dikenal karena kenabiannya yang jujur dan selalu dari Tuhan, berbeda pendapat. Mikha memperingatkan bahwa rakyat Israel akan tercerai-berai seperti domba tanpa gembala, dan bahwa Akha akan gugur dalam pertempuran itu.

Akha, yang tidak senang mendengar nubuat buruk, memerintahkan agar Mikha dipenjarakan dan diberi makan roti dan air tawar sampai ia kembali dari pertempuran. Namun, ramalan Mikha terbukti benar. Akha, meskipun berusaha untuk menghindari nasib yang diramalkan dengan cara menyamar, akhirnya tewas oleh panah seorang prajurit Aram yang memanahnya secara acak. Sang pemanah tidak sengaja membidik Akha; ia membidik seorang prajurit yang kebetulan ia kira adalah raja Israel.

Pelajar dari Kisah Akha dan Zedekia

Kisah ini menyajikan beberapa pelajaran mendalam yang relevan hingga kini. Pertama, ia menyoroti bahaya mengabaikan peringatan ilahi. Akha memilih untuk mendengarkan para nabi palsu yang memanjakannya dengan ramalan menyenangkan, daripada mendengarkan suara kebenaran yang disampaikan oleh Mikha. Ini adalah pengingat bahwa kemudahan dan kepuasan diri seringkali dapat membutakan kita terhadap kebenaran yang sulit.

Kedua, kisah ini menunjukkan konsekuensi dari kepemimpinan yang tidak bijaksana dan tidak benar. Akha, meskipun bukan raja terburuk dalam sejarah Israel, hidupnya diwarnai oleh penyembahan berhala dan keputusan yang seringkali menjauhkan Israel dari Tuhan. Kejatuhannya di medan perang adalah buah dari pilihan-pilihan buruk yang telah dibuatnya.

Selanjutnya, kisah ini menegaskan prinsip kedaulatan Tuhan. Meskipun manusia memiliki kehendak bebas dan membuat pilihan, pada akhirnya Tuhan yang memegang kendali atas segala sesuatu. Ramalan Mikha, meskipun ditolak dan diabaikan oleh Akha, tetap terwujud, menunjukkan bahwa Tuhan berdaulat atas sejarah dan nasib bangsa-bangsa.

Terakhir, peristiwa di Ramot-Gilead adalah sebuah peringatan bagi kita semua untuk selalu mencari kebenaran, bahkan ketika kebenaran itu tidak menyenangkan. Penting untuk memiliki orang-orang yang dapat memberikan nasihat jujur dan membangun, serta untuk bersedia mendengarkan dan merenungkan peringatan yang datang, baik dari firman Tuhan maupun dari sesama.

Meskipun pasal ini berfokus pada Akha, ia juga mencakup nasib Yosafat yang kembali dengan selamat ke Yerusalem. Keberanian Yosafat dalam pertempuran, meskipun ia mengikuti strategi yang keliru, tidak sampai membuatnya celaka. Ini mungkin karena hatinya yang tulus dan kesetiaannya pada Tuhan, yang memberinya perlindungan di tengah bahaya.

Dengan demikian, 1 Raja-raja 22 bukan hanya catatan sejarah, tetapi juga sebuah khotbah yang hidup tentang pentingnya integritas, ketaatan, dan kerendahan hati di hadapan Tuhan dan kebenaran-Nya.