Kemudian setelah beberapa lama, setelah Yerobeam bertindak melawan raja, dia dibangkitkan oleh beberapa orang Israel yang mengundangnya kembali dari Mesir. Dia kemudian memerintah atas seluruh Israel.
Ayat 1 Raja-Raja 2:43 merujuk pada sebuah momen penting dalam sejarah Israel, menandai pergeseran kekuasaan dan dimulainya perpecahan kerajaan. Ayat ini secara singkat menyebutkan tentang Yerobeam yang kembali dari Mesir dan kemudian memerintah atas seluruh Israel. Namun, untuk memahami makna yang lebih dalam dari ayat ini, kita perlu menengok kembali ke peristiwa-peristiwa sebelumnya, khususnya pada masa pemerintahan Raja Salomo.
Raja Salomo, putra Daud, dikenal luas karena kebijaksanaannya yang luar biasa, kekayaannya yang melimpah, dan pembangunannya yang megah, termasuk Bait Suci di Yerusalem. Di bawah pemerintahannya, Israel mencapai puncak kejayaan dan kemakmuran. Salomo diberikan karunia hikmat oleh Tuhan, yang memungkinkannya untuk memerintah dengan adil dan bijaksana. Banyak orang dari berbagai negeri datang untuk mendengarkan kebijaksanaan Salomo dan menyaksikan kebesaran kerajaannya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Salomo mulai menyimpang dari jalan Tuhan. Kesalahan fatalnya adalah mengizinkan penyembahan berhala di dalam kerajaannya, yang disebabkan oleh banyaknya istri asingnya yang membawa serta dewa-dewa mereka. Tindakan ini dianggap sebagai pengkhianatan terhadap perjanjian mereka dengan Tuhan. Perjanjian ini menuntut kesetiaan mutlak hanya kepada satu Tuhan. Akibat dari ketidaktaatan ini, Tuhan menyatakan bahwa kerajaan akan terkoyak dan diberikan kepada bawahannya.
Setelah kematian Salomo, putranya, Rehabeam, naik takhta. Namun, pemerintahan Rehabeam tidak mampu meredakan ketegangan yang telah muncul di bawah akhir pemerintahan Salomo. Permintaan para pemimpin Israel untuk meringankan beban kerja dan pajak yang berat ditolak dengan kasar oleh Rehabeam. Penolakan ini memicu pemberontakan. Sebagian besar suku Israel memberontak dan mengangkat Yerobeam bin Nebat sebagai raja mereka. Ini adalah momen yang mengarah pada perpecahan kerajaan menjadi dua bagian: Kerajaan Israel Utara (sepuluh suku) yang dipimpin oleh Yerobeam, dan Kerajaan Yehuda Selatan (dua suku) yang tetap setia kepada keturunan Daud, yaitu Rehabeam.
Ayat 1 Raja-Raja 2:43 secara spesifik menggambarkan bahwa Yerobeam, yang sebelumnya melarikan diri ke Mesir karena ancaman Salomo, akhirnya kembali dan memimpin Israel. Kepulangannya menandai stabilitas pemerintahannya atas wilayah utara, sekaligus menegaskan perpecahan yang telah terjadi. Yerobeam kemudian mengambil langkah-langkah signifikan untuk memastikan bahwa bangsanya tidak kembali menyembah di Yerusalem. Dia mendirikan tempat ibadah alternatif di Betel dan Dan, lengkap dengan patung anak lembu emas, sebuah tindakan yang secara langsung melanggar hukum Tuhan dan menjadi awal dari sejarah panjang penyembahan berhala di Kerajaan Utara.
Kisah ini mengajarkan kepada kita tentang konsekuensi dari ketidaktaatan, baik bagi pemimpin maupun umatnya. Kebijaksanaan dan kemuliaan Salomo tidak cukup untuk menutupi dosa-dosanya. Perintah Tuhan harus dijaga dengan sungguh-sungguh. Ayat 1 Raja-Raja 2:43 bukan hanya catatan sejarah, tetapi juga pengingat akan pentingnya kesetiaan kepada Tuhan dan bahaya dari penyimpangan yang dimulai dari hal-hal kecil yang tampak sepele. Warisan Salomo yang agung perlahan tercemar oleh pilihan-pilihan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, yang pada akhirnya membawa perpecahan dan kehancuran bagi bangsanya.