1 Tawarikh 15:25

"Maka pergilah Daud, para tua-tua Israel dan para kepala pasukan seribu untuk mengangkut tabut perjanjian TUHAN dari rumah Obed-Edom dengan sukacita."

Kisah pengangkutan Tabut Perjanjian ke Yerusalem yang dicatat dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 15 merupakan momen krusial dalam sejarah Israel. Ayat ke-25 secara spesifik menyoroti tindakan Daud dan seluruh rakyatnya yang mengambil langkah penting untuk membawa hadirat Allah kembali ke pusat ibadah mereka. Ini bukanlah sekadar pemindahan sebuah benda, melainkan sebuah pengakuan atas kedaulatan dan kuasa Allah yang harus berada di tengah umat-Nya.

Keputusan Daud untuk memindahkan Tabut Perjanjian ke Yerusalem dilandasi oleh kerinduannya yang mendalam untuk menjadikan Yerusalem sebagai pusat spiritual bangsa Israel. Sebelumnya, Tabut tersebut telah berada di Kiryat-Yearim selama bertahun-tahun setelah mengalami peristiwa traumatis di tangan bangsa Filistin. Pengalaman pahit ini mengajarkan pentingnya pendekatan yang benar terhadap hal-hal ilahi, seperti yang terlihat dari kematian Uza yang tragis dalam upaya sebelumnya untuk menstabilkan Tabut.

Namun, Daud tidak menyerah. Ia belajar dari kesalahan masa lalu dan memastikan bahwa kali ini, pengangkutan Tabut dilakukan sesuai dengan perintah Allah, dengan para Lewi yang mengusungnya dan diiringi dengan nyanyian, musik, serta persembahan kurban. Ayat 1 Tawarikh 15:25 ini menggambarkan puncak dari persiapan tersebut: "Maka pergilah Daud, para tua-tua Israel dan para kepala pasukan seribu untuk mengangkut tabut perjanjian TUHAN dari rumah Obed-Edom dengan sukacita." Kehadiran para pemimpin negeri, mulai dari raja hingga komandan militer, menunjukkan betapa pentingnya peristiwa ini bagi seluruh bangsa. Ini adalah sebuah kesatuan hati dan tujuan.

ALLAH

Simbol kesucian dan kehadiran Allah.

Kata kunci di sini adalah "dengan sukacita". Sukacita ini bukanlah kegembiraan sesaat atau euforia yang dangkal. Ini adalah sukacita yang berakar pada pemulihan hubungan yang benar dengan Allah. Setelah periode ketidakpastian dan ketidakhadiran ilahi yang dirasakan, umat Israel kini bersukacita karena Allah kembali ke tengah-tengah mereka. Sukacita ini diperkuat oleh musik, tarian, dan pujian yang mengiringi perjalanan Tabut. Daud sendiri "melompat-lompat dan menari-nari di hadapan TUHAN" (1 Tawarikh 6:14), menunjukkan ekspresi sukacita yang tulus dan penuh hormat.

Keberhasilan pengangkutan Tabut ini menegaskan kembali janji Allah untuk menyertai umat-Nya. Ini menjadi dasar bagi Yerusalem untuk berkembang menjadi kota Daud, pusat pemerintahan dan penyembahan. Peristiwa ini mengajarkan kita tentang pentingnya menempatkan Allah di tempat yang semestinya dalam kehidupan kita dan dalam komunitas kita. Ketika kita dengan sungguh-sungguh mencari hadirat-Nya, mematuhi firman-Nya, dan merespons dengan hati yang penuh syukur, sukacita yang melimpah akan menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan iman kita.

Ayat 1 Tawarikh 15:25 memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana seharusnya umat Allah merespons kehadiran-Nya. Bukan dengan ketakutan atau ketidakpedulian, melainkan dengan persiapan yang matang, penghormatan yang mendalam, dan ekspresi sukacita yang luar biasa. Ini adalah pengingat bahwa ketika Allah hadir, kehidupan tidak akan pernah sama lagi; ia dipenuhi dengan harapan, pemulihan, dan sukacita yang abadi.