Kata raja Israel kepada bendukluknya: "Katakanlah: Janganlah orang yang membalut dirinya bersukacita, seperti orang yang membuka balutannya."
Ayat dari Kitab 1 Raja-Raja pasal 20, ayat 11, menyampaikan sebuah pesan yang mendalam tentang kesombongan dan keyakinan diri yang berlebihan di hadapan tantangan. Kisah ini berlatar belakang ketika Raja Ahab dari Israel berhadapan dengan Benhadad, raja Aram, yang datang dengan pasukan yang sangat besar dan angkuh. Benhadad mengirimkan pesan kepada Ahab, menuntut agar kota-kota Israel diserahkan kepadanya dan isinya menjadi miliknya.
Reaksi Benhadad yang sangat superior dan merendahkan tercermin dalam kata-katanya yang dikirimkan kepada Ahab. Ia dengan percaya diri menyatakan bahwa pasukannya akan menghancurkan Yerusalem hingga debu dan tidak menyisakan apa pun. Ungkapan ini sungguh memprovokasi dan menciptakan ketegangan yang luar biasa. Benhadad, didorong oleh kemenangan-kemenangan sebelumnya dan jumlah pasukannya yang besar, merasa sangat yakin akan kemenangannya. Ia melihat dirinya sudah berada di ambang kemenangan, seolah-olah pertempuran sudah usai dan ia hanya perlu memungut rampasan.
Dalam konteks ini, jawaban Ahab kepada Benhadad, "Katakanlah: Janganlah orang yang membalut dirinya bersukacita, seperti orang yang membuka balutannya," menjadi sebuah teguran yang cerdas dan penuh hikmat. Maksudnya adalah, Benhadad seharusnya tidak bersukacita atau merayakan kemenangan sebelum pertempuran benar-benar berakhir. Seseorang yang terluka dan sedang dalam proses pemulihan (membalut diri) belum bisa dinyatakan sembuh sepenuhnya. Baru ketika luka itu sembuh total dan ia bisa beraktivitas kembali (membuka balutan), barulah ia bisa benar-benar bersukacita. Benhadad, dengan kesombongannya, seolah-olah sudah membuka balutan sebelum lukanya sembuh, yaitu sebelum memenangkan pertempuran.
Pesan ini sangat relevan bagi kita di masa kini. Seringkali, kita terburu-buru dalam mengklaim keberhasilan atau merayakan kemenangan sebelum usaha kita benar-benar membuahkan hasil. Kita bisa saja sangat optimis dan percaya diri pada rencana kita, namun melupakan bahwa masih ada banyak faktor yang tidak terduga dan campur tangan Tuhan yang lebih besar. Kesombongan bisa membutakan kita terhadap kemungkinan kegagalan atau kenyataan bahwa jalan masih panjang.
Kisah ini juga mengingatkan kita untuk selalu bersikap rendah hati dan mengandalkan Tuhan. Kemenangan yang sesungguhnya tidak datang hanya dari kekuatan manusia, melainkan dari anugerah dan campur tangan ilahi. Ahab, meskipun pada awalnya mungkin ragu, akhirnya memilih untuk tidak gentar dan memberikan respons yang bijak. Dalam banyak kesempatan dalam sejarah Israel, kemenangan yang mereka raih bukan semata-mata karena kehebatan militer mereka, melainkan karena mereka mencari pertolongan dari Tuhan.
Jadi, firman Tuhan dalam 1 Raja-Raja 20:11 mengajarkan kita untuk tidak menjadi seperti Benhadad yang sombong dan terburu-buru merayakan kemenangan. Sebaliknya, kita diajak untuk bersabar, terus berusaha, dan selalu mengandalkan Tuhan, sambil menyadari bahwa kesuksesan sejati adalah ketika kita telah menyelesaikan perjuangan dengan baik dan dapat bersyukur atas segala kemurahan-Nya. Kebijaksanaan dalam menanggapi tantangan dan kerendahan hati di hadapan kekuatan yang lebih besar adalah kunci untuk menghadapi kehidupan ini dengan iman yang teguh.