"Tetapi raja Israel berkata kepada para tua-tua negeri itu: "Baiklah, lihatlah, ia bermaksud mendatangkan bencana. Bukankah ia telah menyuruh kepadaku untuk menyerahkan anak-anak isteri yang kamu miliki, dan anak-anak perempuan yang kamu miliki, dan emas serta perak yang kuminta, semuanya kukirim kepadanya? Tetapi ia tidak mau.""
Ayat 1 Raja-Raja 20:7 mengisahkan sebuah momen krusial dalam sejarah Kerajaan Israel dan Aram. Babak ini bermula dari serangkaian tuntutan dari Ben Hadad, raja Aram, terhadap Ahab, raja Israel. Ben Hadad, dengan kesombongan yang membabi buta, mengirim utusan kepada Ahab dengan daftar permintaan yang sangat memberatkan, mulai dari harta benda hingga penyerahan orang-orang yang paling berharga di Israel. Tuntutan tersebut tidak hanya bersifat materi, tetapi juga merendahkan martabat dan kedaulatan kerajaan Israel. Permintaan untuk menyerahkan anak-anak perempuan Israel sebagai istri bagi para pejabat Aram adalah penghinaan terbesar.
Menanggapi gelombang permintaan yang semakin tidak masuk akal dari Ben Hadad, Raja Ahab sempat terdiam. Namun, ketika Ben Hadad meningkatkan tekanannya dengan mengancam akan menghancurkan Samaria (ibu kota Israel) jika tuntutan emas dan perak yang belum dipenuhi tidak segera diberikan, Ahab mengambil sikap. Dengan penuh keyakinan, ia menyampaikan kepada para tua-tua Israel apa yang telah terjadi, dan penolakan terakhir Ben Hadad terhadap kesepakatan awal yang telah ia sepakati. Kalimat "Bukankah ia telah menyuruh kepadaku untuk menyerahkan anak-anak isteri yang kamu miliki, dan anak-anak perempuan yang kamu miliki, dan emas serta perak yang kuminta, semuanya kukirim kepadanya? Tetapi ia tidak mau," menegaskan bagaimana Ben Hadad telah melanggar kesepakatan dan menunjukkan niat jahatnya yang sesungguhnya.
Pernyataan Ahab kepada para tua-tua ini bukan sekadar keluhan, melainkan sebuah pengakuan atas niat Ben Hadad yang sesungguhnya. Ben Hadad tidak hanya menginginkan kekayaan, tetapi juga berusaha menghancurkan Israel secara perlahan melalui pemecahan tatanan sosial dan keluarga. Permintaan awal Ben Hadad, yang sebagian telah dipenuhi oleh Ahab, ternyata hanyalah sebuah siasat untuk menguji kepatuhan Israel dan mempersiapkan serangan yang lebih besar. Penolakan Ben Hadad terhadap kesepakatan awal menunjukkan bahwa tujuannya adalah penaklukan total, bukan sekadar negosiasi atau pertukaran.
Para tua-tua Israel, setelah mendengar perkataan Ahab, kemudian memberikan nasihat yang penting. Mereka menegaskan bahwa Ahab harus bersikap tegas dan menolak tuntutan Ben Hadad yang terakhir. Nasihat ini menjadi titik balik yang penting, yang pada akhirnya akan membawa Israel menuju pertempuran melawan pasukan Aram yang jauh lebih besar. Ayat ini menyoroti pentingnya keberanian dalam menghadapi ancaman dan penindasan. Penolakan Ahab, yang didukung oleh para pemimpinnya, adalah langkah awal untuk mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Cerita ini menjadi pengingat bahwa terkadang, untuk mencapai kedamaian dan kebebasan, diperlukan keberanian untuk menolak kezaliman, bahkan ketika menghadapi kekuatan yang tampaknya lebih besar. Pertempuran yang mengikuti pasal ini akan membuktikan bahwa keberanian dan iman dapat membawa kemenangan yang tak terduga.